Menurutnya, kepercayaan investor global terhadap badan ini akan sangat bergantung pada bagaimana pengelolaan dan alokasi dananya. Selain itu, ia juga mencermati dinamika global yang dapat memengaruhi pergerakan Danantara di masa depan.
Salah satu faktor eksternal yang disebutkan adalah kemungkinan pelemahan dolar AS jika Donald Trump kembali berkuasa sebagai Presiden Amerika Serikat.
Henry menilai bahwa stabilitas dolar dan penguatan rupiah dapat menjadi katalis tambahan bagi pertumbuhan Danantara pada paruh kedua 2025.
Selain JP Morgan, Penyedia indeks pasar global yaitu FTSE Russell bahkan memperkirakan bahwa badan investasi ini dapat melampaui Government of Singapore Investment Corporation (GIC) dalam hal aset kelolaan.
Di Asia Tenggara, GIC merupakan salah satu dari tiga entitas investasi utama Singapura yang mengelola dana kekayaan negara dan cadangan devisa, bersama dengan Temasek Holdings dan Otoritas Moneter Singapura (MAS).
Policy Director FTSE Russell, Wanming Du, menyatakan bahwa jika estimasi dana yang dialokasikan untuk Danantara terealisasi, badan ini berpotensi menduduki peringkat ketujuh dunia dengan total aset kelolaan (assets under management/AUM) mencapai US$900 miliar.
Namun, ia menegaskan bahwa kepastian mengenai struktur dan aset yang akan dikelola Danantara masih menunggu detail resmi dari pemerintah.
Dengan perhatian besar dari investor asing, kehadiran Danantara diharapkan dapat memperkuat daya tarik Indonesia sebagai destinasi investasi global.
Namun, efektivitas pengelolaan dan transparansi badan ini akan menjadi faktor utama dalam menentukan keberhasilannya di pasar investasi internasional.
(lav)