Bloomberg Technoz, Jakarta – PT Pertamina Patra Niaga memperkirakan terjadinya lonjakan permintaan rata-rata konsumsi bahan bakar minyak (BBM) dan gas alam cair atau liquefied petroleum gas (LPG) selama Ramadhan dan Idulfitri 2025.
Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga Riva Siahaan mengatakan, untuk LPG saja, Pertamina memperkirakan terjadinya kenaikan permintaan sebesar 6,7% menjadi 30.926 metrik ton per hari dibandingkan dengan rerata konsumsi normalnya pada Januari 2025 yang sebanyak 28,412 metrik ton per hari.
"Angka 6,7% ini jika kita bandingkan di situasi normal pada Januari. Kenapa kami tidak mengambil Februari? Karena secara jumlah hari, Februari ini berbeda dengan hari normal, sehingga kami bandingkan dengan Januari," kata Riva dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi XII DPR RI, Kamis (20/2/2025).
"Kami memastikan bahwa khususnya pada masa pelayanan Ramadan-Idulfitri, pelayanan untuk LPG 3 kg akan berjalan dengan lancar. Insyallah," ungkapnya.

Konsumsi BBM
Untuk konsumsi BBM, Riva memprediksi peningkatan konsumsi yang cukup tinggi akan terjadi pada produk Pertamax dengan kenaikan sebesar 16,7%, diikuti oleh Pertamax Turbo sebesar 14,9%.
Angka tersebut dibandingkan dengan penjualan Januari 2025, di mana Pertamax terjual 18.606 kiloliter (kl) per hari dan Pertamax Turbo yang menjual sebanyak 843 kl per hari.
"Pertamax Green kalau kita lihat peningkatannya cukup tinggi 92% ini dikarenakan volume Pertamax Green itu masih sangat kecil dan hanya ada di wilayah Jakarta dan di Jawa Timur," terangnya.
Namun, konsumsi Solar maupun Biosolar justru diprediksi mengalami penuruan sebesar 14,07% dari rata-rata penjualan mereka pada Januari 2025 yang mencapai 43.584 kl per hari.
Riva juga memprediksi adanya peningkatan penggunaan bioavtur selama periode Ramadan dan Idulfitri sebesar 13.150 metrik ton per hari atau naik 5% dari rata-rata penggunaan pada Januari 2025.
Berdasarkan data per 19 Februari 2025, Riva mengatakan pasokan nasional untuk BBM dan LPG dalam kondisi aman.
"LPG saat ini secara coverage days itu berada di angka 14,63 hari, sementara untuk suplai berikutnya ini sudah dalam perjalanan dan menunggu untuk proses pembongkaran sehingga kami akan memaintain kondisi LPG ini setiap saat itu berada di 14,63 hari."
"Sementara itu, untuk kerosene [minyak tanah] itu ada di angka 35,7 hari dan Pertalite itu ada di angka 21 hari Pertamax 19 hari, Pertamax Turbo di 23 hari, dan juga Biosolar karena memang ada pengurangan konsumsi di periode Ramadan Idulfitri itu kami jaga juga di level 17,73 hari. Sementara itu, Dex itu ada di level 40 hari atau 39,68 hari, dan untuk avtur itu ada di angka 21 hari," terangnya.
Puncak Arus Mudik
Puncak arus mudik, menurut Riva, diperkirakan terjadi pada 28 Maret 2025 atau lebih awal. Untuk itu, ia menyatakan Pertamina telah menyiapkan langkah strategis untuk mengantisipasi lonjakan konsumsi energi selama periode tersebut.
"Untuk itu kami menyampaikan bahwa Satgas Ramadan dan Idulfitri akan kami mulai pada 17 Maret hingga 13 April atau dua pekan sebelum Hari Raya dan dua pekan setelah Hari Raya," jelasnya.
Guna menjamin kelancaran distribusi, Pertamina membagi strategi layanan menjadi empat pilar utama, mencakup enam sektor: rumah tangga, transportasi darat, transportasi udara, transportasi sungai, industri, serta pengelolaan sarana dan fasilitas pendukung operasional.
Khusus untuk sektor rumah tangga saja, Pertamina Patra Niaga menyiagakan 6.517 agen LPG yang mencakup 5.659 untuk LPG subsidi (PSO) dan 858 LPG nonsubsidi (non-PSO). Selain itu, 273.242 pangkalan LPG PSO dan 97.993 outlet LPG non-PSO, dan terdapat 212 agen minyak tanah yang mencakup 197 PSO dan 15 non-PSO.

Subpangkalan LPG
Pada kesempatan yang sama, Riva mencatat setidaknya masih terdapat 2 juta subpangkalan atau warung yang sempat dilarang menjual LPG 3 kg, tetapi sampai saat ini belum terdaftar dalam sistem digitalisasi Pertamina.
Riva mengatakan saat ini terdapat 37.000 subpangkalan yang sudah terdaftar, tetapi dia memastikan jika 2 juta subpangkalan yang belum terdaftar masih bisa menjual LPG Melon tersebut.
"Untuk subpangkalan-subpangkalan yang memang sudah mulai beroperasi tapi belum terdaftar itu akan tetap kami support," ujarnya.
(prc/wdh)