Bloomberg Technoz, Jakarta - Nilai tukar rupiah pagi ini dibuka menghadapi tekanan lebih besar sehingga melanjutkan pelemahan menembus zona Rp14.800, menyusul kekhawatiran terhadap risiko resesi di Amerika Serikat (AS) yang kian membesar ditambah perkembangan polemik batas pagu utang Negeri Paman Sam yang semakin mendekati hari-H.
Pairing USD/IDR dibuka melemah 59 bps dan menyeret nilai tukar rupiah semakin melemah ke Rp14.809 per dolar AS pada pukul 09:15, Senin (15/5/2023).
Ekspektasi konsumen di Amerika tercatat turun tajam pada Mei. Hasil survei konsumen yang dilakukan oleh Universitas Michigan mencatat, indeks sentimen konsumen AS turun tajam ke level 57,7 pada Mei, anjlok dari posisi April 63,5 dan prediksi para ekonom di level 63.
Sedangkan indeks ekspektasi konsumen AS turun menjadi 53,4, dari posisi 60,5 pada April lalu. Penurunan tersebut mencerminkan naiknya kekhawatiran para konsumen di negeri itu akan potensi resesi ekonomi.
Di sisi lain, dolar AS dan aset-aset pasar keuangan Amerika berpeluang menguat bila ada perkembangan nyata terkait penyelesaian polemik batas pagu utang AS. Pun bila terjadi hal sebaliknya yakni bila belum terlihat ada ujung solusi dari polemik debt ceiling, pemodal global juga dinilai akan merapat pada the greenback yang dianggap sebagai mata uang global.
Pelemahan rupiah tidak sendiri. Mata uang pasar negara berkembang mayoritas juga tengah menghadapi tekanan besar terindikasi dari merahnya Indeks MSCI Emerging Market Currency 0,14% pagi hari ini.
Analisis Teknikal
Secara teknikal nilai rupiah berpotensi melanjutkan pelemahan menuju support selanjutnya ke level Rp14.830 per dolar AS. Adapun support psikologis rupiah terdapat pada level Rp14.850 per dolar AS yang jadi target pelemahan selanjutnya.
Saat ini rupiah memiliki resistance pada level Rp14.758/US$ dan resistance selanjutnya pada level Rp14.670/US$.

-- dengan asistensi M. Julian Fadli
(rui)