Bloomberg Technoz, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mengakui penurunan suku bunga acuan (BI Rate) menjadi 5,75% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Januari 2025 lalu tidak serta-merta diikuti penurunan bunga kredit perbankan.
Menanggapi fenomena itu, Deputi Gubernur BI Juda Agung mengatakan perlu waktu sekitar satu hingga dua triwulan agar penurunan suku bunga BI Rate bisa berdampak ke kredit perbankan.
Terlebih, penurunan BI Rate baru terjadi pada Januari 2025 dan tidak berlanjut pada bulan ini karena bank sentral memutuskan untuk menahan pada level 5,75%.
"Suku bunga dan dan kredit memang perlu waktu antara satu hingga dua triwulan. Jadi belum kelihatan karena penurunan baru bulan lalu, belum kelihatan di suku bunga dana dan kredit," ujar Juda dalam konferensi pers, Rabu (19/2/2025).
Kendati demikian, Juda memastikan dampak penurunan BI Rate sudah mulai terlihat di pasar uang IndONIA. "Di pasar uang sudah kelihatan, di IndONIA di repurchase agreement [Repo] sudah kelihatan turun."
Sebelumnya, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI juga mengatakan penurunan BI Rate menjadi 5,75% pada RDG Januari 2025 tidak akan serta-merta berdampak pada industri perbankan, baik dari sisi pertumbuhan kredit dan kinerja perseroan.
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan dampak dari penurunan BI rate terhadap kredit dan kinerja perseroan membutuhkan waktu, serta bergantung pula pada kondisi likuiditas di pasar.
Terkait kinerja pembiayaan, BNI menargetkan kredit bisa mengalami pertumbuhan pada rentang 10%-13% pada 2025.
"BI rate turun tidak langsung market bereaksi sama butuh waktu dan lihat kondisi likuiditas di pasar juga," ujar Royke kepada Bloomberg Technoz, Kamis (16/1/2025).
(lav)