Logo Bloomberg Technoz

Saham keuangan yang menjadi pemberat indeks sepanjang perdagangan hari ini adalah saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) drop 5,05%. Selain itu pelemahan juga terjadi pada saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) ambles 4,84% point-to-point.

Senada, saham infrastruktur turut menjadi pemberat, saham PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMFI) ambles 4,35%, saham PT LinkNet Tbk (LINK) melemah 4,20%. Saham PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) drop 4,17%.

Saham LQ45 yang tercatat melemah harganya adalah saham PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) drop 8,15%, saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) terpeleset 5,17%, dan saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) tertekan 4,63%.

Senada, tren negatif juga terjadi pada saham LQ45 berikut, saham PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) mencatat pelemahan 4,42%, saham PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) melemah 4%. Juga saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) drop 3,76%.

Untuk pasar saham Asia bergerak bervariasi pada hari ini. Indeks Shenzhen Comp. China terbang 1,90%, Shanghai melesat 0,81%, CSI 300 China menguat 0,70%, Strait Times Singapore terapresiasi 0,22%, TOPIX drop 0,30%, NIKKEI 225 melemah 0,27%, dan FTSE Malaysia KLCI tertekan 0,25%. 

Bank Indonesia Tahan Suku Bunga Acuan 

Bank Indonesia (BI) mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) edisi Februari 2025. Satu yang ditunggu tentu pengumuman suku bunga acuan BI Rate. Pengampu kebijakan moneter ini memutuskan untuk menahan tingkat suku bunga acuan (BI Rate) tetap di level 5,75% dalam hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG).

Pergerakan BI Rate (Bloomberg)

Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan keputusan ini konsisten dengan upaya menjaga agar perkiraan inflasi 2025 dan 2026 tetap terkendali dalam sasaran yang ditetapkan pemerintah, yakni 2,5% plus minus 1%.

“RDG BI pada 18 dan 19 Februari 2025 memutuskan untuk menahan BI Rate menjadi 5,75 %, suku bunga Deposit Facility 5% dan suku lending facility 6,5%,” papar Perry mengatakan dalam Konferensi Pers RDG BI Februari 2025, Rabu.

Hasil ini sesuai dengan ekspektasi pasar. Konsensus yang dihimpun Bloomberg menghasilkan median proyeksi BI Rate tetap di 5,75%.

Di antara yang memperkirakan BI Rate bertahan di 5,75% adalah Ekonom Bloomberg Intelligence Tamara Mast Henderson. “Ada peluang pelonggaran lebih lanjut. Namun Februari sepertinya terlalu cepat, karena BI punya tugas untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah” tulisnya.

Volatilitas nilai tukar rupiah meningkat seiring gejolak pasar karena kebijakan tarif dari Presiden AS Donald Trump.

Kinerja rupiah, juga masih lebih lemah dibandingkan mata uang negara-negara sebanding (peers). Apalagi Bank Sentral AS, Federal Reserve, memberi sinyal bahwa pelonggaran moneter mungkin akan terhenti untuk sementara waktu. “Ini bisa menyebabkan rupiah berada dalam tekanan,” tegas Tamara.

Mengenai arah atau posisi kebijakan moneter ke depan, lanjut Perry Warjiyo, Gubernur BI tetap mencermati prospek inflasi dan pertumbuhan ekonomi dalam memanfaatkan ruang penurunan suku bunga dengan mempertimbangkan pergerakan nilai tukar rupiah.

(fad/wep)

No more pages