Kemunculan DeepSeek juga mengubah prospek perusahaan teknologi di China, seperti Alibaba dan Baidu. Akan tetapi laporan pendapatan kuartalan Baidu telah mengecewakan investor dengan raihan penyusutan 2% pada tiga bulan yang berakhir Desember menjadi 34,1 miliar yuan (sekitar US$4,7 miliar).
Turunnya kinerja bisnis Baidu menggarisbawahi kekhawatiran pasar bahwa perusahaan kalah dalam persaingan di bisnis pencarian internet dan kecerdasan buatan.
Baidu lantas tertinggal dari reli besar yang diraih perusahaan-perusahaan kakap di sektor ini asal China, mulai dari Tencent Holdings Ltd. hingga Alibaba Group Holding Ltd. Padahal belum lama Baidu telah membuat langkah mengejutkan minggu lalu.
Baidu diketahui membuka open-source untuk model-modelnya, juga mengintegrasikan model R1 terbaru DeepSeek ke dalam chatbot perusahaan, meniru langkah yang dilakukan oleh Tencent.
Jepang
SoftBank Group Corp. perusahaan investasi asal Jepang jadi salah satu yang paling terpukul atas booming DeepSeek. Kenaikan saham SoftBank tertahan efek keraguan pasar atas rencana penggalangan dana US$500 miliar perusahaan atas Stargate-proyek mengembangkan infrastruktur AI di Amerika.
Padahal, Stargate diatur oleh pendiri Masayoshi Son dapat membangun posisi terdepan SoftBank pada bidang teknologi AI. Jung In Yun, CEOFibonacci Asset Management Global Pte. menyatakan bahwa DeepSeek dapat memicu “koreksi pasar jangka pendek” untuk SoftBank dan saham-saham AI lainnya.
Meskipun reli AI akan meningkat lagi dalam jangka panjang, fokusnya adalah pada monetisasi, katanya, seraya menambahkan bahwa “akan memakan waktu bertahun-tahun,” dilaporkan Bloomberg News (14/2/2025).
Kerugian investasi mendorong SoftBank ke zona merah untuk kuartal terakhir, dan estimasi pendapatan ke depan analis turun sekitar 25% dari puncaknya pada akhir November. Bearish telah meningkat, dengan data S&P Global Inc. menunjukkan minat pendek pada saham sekitar 3,8% dari free float, mendekati level tertinggi dalam 22 bulan.
“Stargate memiliki beberapa elemen negatif,” dan DeepSeek menyoroti bahwa AI sebenarnya tidak membutuhkan banyak daya pusat data, kata Kazuhiro Sasaki, Head of Research Phillip Securities Japan Ltd. SoftBank akan menanggung sebagian besar investasi itu sendiri, dan “bunga atas utang itu tidak signifikan.”
Beban pembiayaan untuk Stargate juga dapat membatasi pembelian kembali saham yang sering diandalkan SoftBank untuk mendukung harga sahamnya, analis Jefferies Financial Group Inc. Atul Goyal menulis dalam sebuah catatan.
Amerika
Pihak yang paling terpukul atas kehadiran startup AI DeepSeek adalah AS karena menimbulkan keraguan investor atas validitas valuasi yang terlalu tinggi bagi perusahaan, seperti Nvidia Corp. Versi chatbot gratisnya yang rilis 10 Januari 2025, DeepSeek-R1, sempat meruntuhkan harga saham Nvidia sebesar 17% pada Senin (27/1/2025), menghapus nilai pasar lebih dari US$589 miliar (sekitar Rp9.532 triliun).

Kesuksesan DeepSeek juga menimbulkan kekhawatiran di kalangan industri teknologi AS, sekaligus membuktikan kemampuan China menyaingi atau bahkan melampaui perusahaan-perusahaan Barat. Selain itu, muncul kekhawatiran tentang potensi dominasi China dalam standar AI global di tengah kenaikan tarif Amerika.
Tanda tanya besar yang perlu dijawab adalah, apakah investasi besar dalam infrastruktur AI oleh perusahaan-perusahaan AS masih diperlukan, mengingat efisiensi biaya yang ditunjukkan DeepSeek.
Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa DeepSeek seharusnya menjadi "peringatan bagi industri kita bahwa kita perlu fokus untuk bersaing demi menang."
Indonesia
Dalam sebuah kesempatan di Indonesia Economic Summit 2025, Luhut Binsar Pandjaitan, mengaku berencana membuat model teknologi kecerdasan buatan (AI) seperti DeepSeek versi Indonesia.
Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) di era pemerintahan Presiden Prabowo Subianto tersebut mengatakan, Indonesia mampu mengembangkan potensi pembuatan AI seperti DeepSeek karena memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni.
“Sekarang kami juga menyiapkan tim kami untuk membuat, untuk membangun DeepSeek kami sendiri,” cerita Luhut di Indonesian Business Council (IBC), dikutip Rabu (19/2/2025).
Luhut menerangkan bahwa dirinya juga telah menyampaikan rencana membangun model AI mirip DeepSeek kepada Prabowo. Meski Prabowo sempat mempertanyakan kesuksesan Indonesia dalam mengembangkan DeepSeek versi Indonesia, tetapi Luhut menegaskan jawaban tersebut tidak akan terjawab bilamana tidak mencobanya.
Terlebih biaya pengembangan DeepSeek juga diketahui tidak memakan banyak biaya. “Kalau kita tidak mencoba, bagaimana kita tahu? [Jadi] Mari kita coba. Tidak mahal kok, sebenarnya kita bisa melakukannya, karena di Indonesia banyak sekali orang pintar. Seperti yang saya sebutkan, e-katalog, Simbara, ini dibuat oleh anak muda Indonesia,” tutur Luhut.
“Kalau yang ini berhasil, kenapa tidak bisa ke yang ini? Kalau belum berhasil, kita tingkatkan. Jadi ini harus kita dukung, kita harus bekerja sama.”
Model AI DeepSeek diklaim hanya anggaran sekitar US$6 juta (sekitar Rp97 miliar), jauh lebih sedikit dibandingkan dengan ratusan juta hingga miliaran dolar yang dihabiskan oleh pesaing, seperti OpenAI dan Anthropic. Biaya investasi yang diragukan sejumlah pihak, termasuk praktisi pengembang model AI itu sendiri. DeepSeek diduga sengaja menyembunyikan sejumlah investasi atau bahkan mencuri data milik OpenAI.
DeepSeek dalam pantauan pemblokiran?
Pada kesempatan lainnya, Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria belum dapat memastikan apakah pemerintah Indonesia bakal memblokir model AI asal China yang sempat menghebohkan dunia, DeepSeek.
Komdigi, diakui Nezar, masih mempertimbangkan dan mempelajari perkembangan dari aplikasi teknologi yang belakangan menghadapi pemblokiran diberbagai negara dunia, karena permasalahan keamanan data dan privasi pengguna.
"Kita masih mempelajari ya perkembangannya karena ini kan inovasi-inovasi teknologi, dan kita melihat tentu saja apa yang dihasilkan oleh DeepSeek itu tentu saja bisa menjadi satu alternatif," papar dia di kantor Komdigi, Jakarta Pusat, Senin (17/2/2025). "Dan kita sebagai negara yang tengah mengembangkan teknologi artificial intelligence ini tentu saja membuka, melihat dan mempelajari berbagai macam perkembangannya."
(wep)