Logo Bloomberg Technoz

Fenomena ini semakin menguat sejak Shandong Port Group meminta operatornya menolak kapal yang masuk daftar hitam, sebagai respons terhadap pengawasan ketat dari Washington. Kebijakan sanksi yang diluncurkan oleh pemerintahan Joe Biden sebelum masa jabatannya berakhir semakin mendorong tren ini.

Dengan memanfaatkan opsi pelabuhan swasta, kilang-kilang independen di China—dikenal sebagai "teapot refiners"—tetap bisa membeli minyak mentah dengan harga diskon. Langkah ini juga melindungi nama besar perusahaan logistik China, yang menangani kargo dan pengiriman kontainer, serta kilang minyak besar dari kemungkinan sanksi.

Pada 2024, minyak dari Rusia dan Iran menyumbang seperempat dari total impor minyak mentah China, menurut perhitungan Bloomberg berdasarkan data resmi bea cukai. Namun, pembatasan yang diperketat oleh AS sejak akhir tahun lalu membuat perdagangan ini semakin rumit, memaksa pembeli mencari cara kreatif untuk tetap mendapatkan minyak murah.

"Keberlanjutan penerimaan kapal yang masuk daftar hitam menjadi bukti tekanan yang dihadapi kilang swasta di China—dan juga menunjukkan bagaimana Beijing masih memilih untuk menutup mata terhadap praktik ini."

Dongying, Shandong

Terminal di Dongying yang telah dialihkan ke pihak swasta kini dikelola oleh Baogang International, menurut sumber pedagang. Dengan kepemilikan baru ini, terminal dapat menerima kapal tanker yang terkena sanksi serta mengurangi biaya pemindahan minyak dari satu kapal ke kapal lain untuk menyamarkan asal-usulnya. Namun, fasilitas ini hanya bisa menangani kapal Aframax, bukan Very Large Crude Carriers (VLCC) yang biasa digunakan untuk mengangkut minyak mentah Iran.

Laporan pertama mengenai terminal swasta di Dongying yang menerima kapal tanker terkena sanksi disampaikan oleh Reuters.

Juru bicara Shandong Port Group mengaku tidak mengetahui adanya penjualan terminal di Dongying, sementara Baogang International tidak memberikan tanggapan atas permintaan komentar melalui telepon maupun email.

Yangshan, Shanghai

Pelabuhan Yangshan, Shanghai, tidak menerima minyak mentah Rusia selama lebih dari dua tahun. Namun, sejak 10 Januari, setidaknya dua kapal tanker yang terkena sanksi telah menurunkan lebih dari 1,2 juta barel minyak Sokol dari Rusia Timur Jauh di Yangshan. Sementara itu, kapal ketiga yang masuk daftar hitam dijadwalkan tiba di dermaga tersebut pekan ini, menurut data Kpler.

Salah satu kapal, Yuri Senkevich, milik perusahaan Sovcomflot, meninggalkan proyek Sakhalin 1 pada 20 Januari dengan hampir 700.000 barel minyak Sokol dan menurunkannya di Yangshan pada 28 Januari.

Karena Yangshan tidak terhubung langsung dengan kilang minyak, minyak yang masuk kemungkinan besar akan disimpan sebelum dikirim ke lokasi lain. Penyimpanan di Yangshan dikelola oleh perusahaan swasta Yangshan Shengang International Oil Logistics Co. Ltd.

Hingga berita ini diturunkan, Shengang International belum memberikan tanggapan atas permintaan komentar melalui telepon maupun email.

Huizhou, Guangdong

Di selatan China, pelabuhan Huizhou, Guangdong, menjadi titik penerimaan minyak lainnya. Salah satu terminalnya dioperasikan oleh Huaying Petrochemical, yang dimiliki oleh Wintime Energy Group Co, perusahaan yang terdaftar di bursa Shanghai.

Akhir bulan lalu, terminal ini menerima hampir 1 juta barel minyak mentah Iran dari kapal tanker Suezmax Nichola, yang sebelumnya memindahkan muatan dari kapal tanker milik Iran, Salina, menurut data pelacakan kapal.

Dalam tanggapan melalui email, juru bicara Wintime Energy membantah telah menerima minyak Iran, dengan menyatakan bahwa terminal Huizhou hanya menerima minyak dari Malaysia dan Singapura. Perusahaan juga menegaskan bahwa Wintime dan anak usahanya, Huaying, beroperasi sesuai dengan peraturan China.

(bbn)

No more pages