Neraca Perdagangan Tiongkok, ekspor tumbuh 8,5%, lebih tinggi dari estimasi 8,0%, sementara impor secara tak terduga anjlok 7,9% di tengah melemahnya permintaan domestik dan penurunan harga komoditas.
Tim Research Phillip Sekuritas Indonesia memaparkan, pemulihan ekonomi Tiongkok tampak mulai kehabisan tenaga dengan penyaluran kredit baru perbankan turun tajam pada April, inflasi (CPI) naik dengan laju paling lambat dalam lebih dari dua tahun, dan impor secara tak terduga mengalami kontraksi sehingga memberi tekanan pada harga berbagai komoditas mulai dari tembaga, biji besi, hingga minyak mentah.
Sementara itu, perilisan data ekonomi AS sebelumnya memperlihatkan jumlah penerima pertama kali tunjangan pengangguran (Initial Jobless Claims) minggu lalu naik ke level tertinggi dalam dua setengah tahun, sementara Producer Price Index (PPI) naik dengan laju paling lambat dalam lebih dari dua tahun.
“Semua data ini memberi indikasi awal akan adanya pelemahan drastis secara tiba-tiba pada ekonomi AS,” jelasnya.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG kembali ditutup terkoreksi 0,71% ke level 6,707 disertai dengan adanya peningkatan volume penjualan, meskipun demikian koreksi IHSG tertahan oleh Lower Band.
“Sehingga paling tidak IHSG masih rawan terkoreksi untuk menutup gap yang berada pada rentang 6.691 - 6.696 sebagai area koreksi terdekatnya. Worst case scenario koreksi IHSG akan menuju ke rentang 6.622 - 6.673,” dikutip dari riset yang diterbitkan oleh Herditya pada Senin (15/5/2023).
Herditya merekomendasikan saham-saham berikut, ANTM, ASII, PGAS, dan PTBA.
Analis CGS-CIMB Sekuritas memaparkan, pada perdagangan pekan kemarin IHSG ditutup melemah. Dengan investor asing mencatatkan net sell sebesar Rp902 miliar di reguler market.
Melihat hal tersebut, CGS-CIMB memperkirakan IHSG berpotensi bergerak sideways cenderung melemah pada hari ini, dengan resistance 6.732 - 6.750, dan support 6.700 - 6.670. Dengan saham rekomendasinya ialah TLKM, MAPA, ADMR, BRMS, ESSA, dan PWON.
(fad)