Dong Cao dan Pei Li—Bloomberg News
Bloomberg, Regulator China secara informal mengindikasikan kepada Xiaohongshu Technology Co, pemilik aplikasi Rednote, bahwa membawa investor yang berasal dari negara dapat membantu memperlancar persetujuan untuk listing saham perdana (IPO) di masa depan, kata orang-orang yang mengetahui masalah ini.
Belum secara jelas apakah Xiaohongshu akan memutuskan untuk menindaklanjuti saran tersebut, kata beberapa sumber yang meminta tidak disebutkan namanya karena pertimbangannya sedang berlangsung dan bersifat pribadi.
Perwakilan dari Komisi Regulasi Sekuritas China (CSRC) dan Xiaohongshu tidak segera menanggapi permintaan untuk memberikan komentar.
Dengan ketidakpastian yang menyelimuti masa depan TikTok di Amerika Serikat, para pengguna media sosial berbondong-bondong beralih ke Xiaohongshu, sebuah layanan serupa Instagram di China.
Xiaohongshu, pemilik RedNote adalah salah satu dari segelintir unicorn internet China yang belum melantai di pasar saham.
Xiaohongshu telah menjadi salah satu aplikasi gratis yang paling banyak diunduh di daftar peringkat pada toko aplikasi Apple Inc. di AS.
Perusahaan juga berada di jalur yang tepat untuk membukukan laba bersih lebih dari US$1 miliar (sekitar Rp16,2 triliun) pada tahun 2024, dilaporkan Bloomberg News. Para penggunanya dapat berbagi foto, video, dan media lainnya, serta memeriksa ulasan dan berbelanja.
Investor terbesar Xiaohongshu sedang dalam pembicaraan untuk menjual saham dengan valuasi setidaknya US$20 miliar (sekitar Rp324 triliun), kata orang-orang yang mengetahui masalah ini. Penjamin emisi telah dipilih untuk kemungkinan penjualan saham di Hong Kong, South China Morning Post melaporkan pada bulan Desember.
Investor perusahaan, termasuk Alibaba Group Holding Ltd, Temasek Holdings Pte. dan Tencent Holdings Ltd. Investor lain sedang mempertimbangkan untuk menjual beberapa kepemilikan mereka, menarik minat dari para pemangku kepentingan termasuk Hillhouse Investment dan Hongshan Capital, yang sebelumnya bernama Sequoia Capital China, dan juga Temasek.
Setelah tindakan keras terhadap perusahaan-perusahaan teknologi untuk mengendalikan pengaruh mereka, pemerintah China telah mengubah taktik untuk mendorong investasi di sektor ini sambil membangun kemampuan di berbagai bidang seperti kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).
(bbn)