Logo Bloomberg Technoz

Dalam fase terbaru dari kebijakan tarif Donald Trump dan persaingan AS-China, negara ini begitu rentan mengingat surplus perdagangannya yang signifikan dengan AS dan membanjirnya produk murah buatan China memburuk karena Washington menyerang Beijing dengan lebih banyak pungutan.

Pertumbuhan PDB Thailand rata-rata 1,9% selama dekade terakhir. (Bloomberg)

Gubernur Bank of Thailand Sethaput Suthiwartnarueput mengatakan pada Minggu (16/2/2025) bahwa ia menganggap spillover kebijakan perdagangan sebagai tantangan utama.

Sethaput mengatakan pada panel di Arab Saudi bahwa banjir impor merupakan faktor yang menghambat pemulihan Thailand. Ia menambahkan, sektor manufaktur negaranya telah terpukul parah.

Media lokal telah melaporkan bahwa ribuan pabrik Thailand tidak dapat bersaing dengan barang-barang impor murah, dan telah tutup dalam beberapa tahun terakhir.

Thailand, yang membukukan surplus perdagangan sebesar US$35,4 miliar dengan AS pada tahun 2024, berencana meningkatkan impor etana dan produk pertanian AS untuk menghindari tarif Trump yang dikenakan pada negara-negara yang menjual lebih banyak produk ke Amerika daripada yang mereka beli.

Kepala NESDC Danucha Pichayanan dalam konferensi pers di Bangkok mengatakan, badan perencanaan negara mempertahankan proyeksi ekspansi sebesar 2,3%-3,3% untuk tahun 2025.

Menurutnya, menggerakkan konsumsi domestik akan membantu mendorong pertumbuhan tahun ini karena badan tersebut memperkirakan pertumbuhan 3,3% untuk belanja swasta dan 1,3% untuk konsumsi pemerintah.

Danucha menyebut ketidakpastian dari kebijakan perdagangan AS merupakan risiko utama bagi Thailand. "Kami akan memantau dengan cermat dan mengambil langkah-langkah untuk bernegosiasi dengan AS. Kami menjadi sorotan karena kami mencatat surplus perdagangan yang tinggi terhadap AS."

Baht Thailand sedikit berubah setelah data tersebut dirilis, sedangkan indeks saham utama dibuka lebih rendah.

Di dalam negeri, Perdana Menteri Paetongtarn Shinawatra berusaha meningkatkan pertumbuhan dengan serangkaian pemberian uang tunai dan meningkatkan tekanan pada bank sentral untuk menurunkan biaya pinjaman.

Bank sentral, yang mempertahankan suku bunga acuan di 2,25% pada Desember setelah memotong seperempat poin pada Oktober, dijadwalkan akan meninjau suku bunga pada 26 Februari 2025.

(bbn)

No more pages