Bloomberg Technoz, Jakarta - Kabar global selama sepekan ini diramaikan oleh rencana Ukraina yang ingin membeli senjata buatan Amerika Serikat (AS) menggunakan aset Rusia senilai Rp5.059 triliun. Kesaksian Gubernur Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell di hadapan Komite Perbankan Senat AS juga tak luput dari perhatian pembaca.
Berikut selengkapnya lima berita terpopuler global selama sepekan:
1. Ukraina Mau Beli Senjata AS, Pakai Aset Rusia Senilai Rp5.059 T

Para pejabat Ukraina meminta pemerintahan Presiden AS Donald Trump untuk mengizinkan mereka menggunakan aset Rusia yang dibekukan senilai US$300 miliar atau sekira Rp5.059 triliun untuk membeli senjata buatan AS. Kabar ini diungkap pejabat Eropa yang mengetahui masalah tersebut.
Menurut narasumber tersebut, ide untuk menyita aset Rusia dan menggunakannya untuk membeli senjata Amerika telah dibahas dalam berbagai pertemuan antara Ukraina, beberapa sekutunya, dan tim Trump dalam beberapa minggu terakhir.
2. Poin-Poin Penting dari Kesaksian Gubernur The Fed di Senat AS

Berikut adalah poin-poin penting dari kesaksian Gubernur Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell di hadapan Komite Perbankan Senat di Washington pada Selasa (11/2/2025) waktu setempat:
Powell menegaskan kembali pesan utamanya sejak dua minggu lalu, ketika The Fed mempertahankan suku bunga acuannya tidak berubah setelah memotong kumulatif sebesar 1 poin persentase pada akhir tahun lalu. Ia mengatakan, setelah langkah tersebut, kebijakan "secara signifikan jauh lebih longgar," dan para pembuat kebijakan "tidak perlu terburu-buru untuk menyesuaikan" suku bunga lebih lanjut pada saat ini.
Powell memberikan amunisi pada para pengkritik fiskal, memberi tahu anggota parlemen bahwa "tidak ada waktu yang lebih baik daripada saat ini" untuk mulai menempatkan anggaran AS di jalur yang berkelanjutan.
3. Powell pada Kongres: The Fed Tak Terburu-buru Pangkas Bunga Acuan

Gubernur Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell mengatakan bank sentral tidak perlu terburu-buru menyesuaikan suku bunga. Pernyataan Powell ini sekali lagi mengisyaratkan bahwa bank sentral akan bersabar sebelum menurunkan biaya pinjaman lebih lanjut.
"Dengan kebijakan kami yang sekarang jauh lebih longgar daripada sebelumnya dan ekonomi tetap kuat, kami tidak perlu terburu-buru menyesuaikan kebijakan kami," kata Powell pada Komite Perbankan Senat pada Selasa (11/2/2025).
"Kami tahu bahwa mengurangi pengetatan kebijakan terlalu cepat atau terlalu banyak bisa menghambat perkembangan inflasi," katanya. "Pada saat yang sama, mengurangi pengetatan kebijakan terlalu lambat atau terlalu sedikit bisa melemahkan aktivitas ekonomi dan lapangan kerja."
4. Inflasi AS Meningkat, Perkuat The Fed Pangkas Bunga Acuan 1 Kali

Inflasi AS meningkat pada awal tahun ini, semakin melemahkan peluang Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunga beberapa kali tahun ini. Pada saat yang sama, pemerintahan Trump terus memberlakukan tarif.
Indeks harga konsumen (CPI) bulanan naik pada Januari paling tinggi sejak Agustus 2023, dipimpin oleh berbagai belanja rumah tangga seperti bahan makanan dan gas, serta biaya perumahan.
Tidak termasuk biaya makanan dan energi yang seringkali tidak stabil, CPI inti naik 0,4%, lebih tinggi dari perkiraan, didorong oleh asuransi mobil, harga tiket pesawat, dan rekor kenaikan bulanan dalam biaya obat resep.
5. Saham Tesla Anjlok, Harta Elon Musk Turun di Bawah US$400 Miliar

Kekayaan bersih Elon Musk turun di bawah US$400 miliar untuk pertama kalinya dalam dua bulan, terseret oleh penurunan dua digit dalam harga saham Tesla Inc.
Saham produsen mobil itu turun 27% setelah mencapai titik tertinggi sepanjang masa pada pertengahan Desember karena harapan bahwa kedekatan Musk dengan Presiden Donald Trump akan meningkatkan kekayaan perusahaan.
Saham dan opsi Tesla menghasilkan lebih dari 60% kekayaan Musk, yang mencapai puncaknya pada US$486,4 miliar pada 17 Desember setelah pemilihan Trump, menurut Bloomberg Billionaires Index.
(ros)