Bloomberg Technoz, Jakarta – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menargetkan pembeli atau offtaker gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) dari proyek Lapangan Abadi di Blok Masela bisa segera didapatkan pada tahun ini.
Kepala SKK Migas mengatakan tender konstruksi atau front-end project engineering, procurement, and construction (FPCI) untuk Blok Masela sudah dilangsungkan untuk mempercepat proses investasi akhir atau final investment decision (FID) dari ladang gas raksasa di Tanimbar, Maluku itu.
“Sedang berlangsung [tender FPCI]. Kan pokoknya tahun ini diharapkan buyer gasnya itu sudah ada, sehingga setelah buyer gas ada kan bisa FID,” kata Djoko saat ditemui di Kementerian ESDM, Jumat (14/2/2025).
Untuk itu, dia mendorong agar nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) yang telah diteken antara Inpex Co dan PT Pupuk Indonesia (Persero) pada 2020 bisa berlanjut ke tahap kesepakatan transaksi awal atau head of agreement (HoA).
"Saya kan sudah minta untuk menjadi minimum HoA, pabrik pupuk sudah minta alokasi dari Masela, pupuk BUMN," tutur Djoko.

Bukan hanya Blok Masela, wilayah kerja (WK) gas lain pun terus didorong supaya sesegera mungkin mencari offtaker agar pengembangan bisa dilakukan dengan cepat
"Inpex harus segera memasarkan gasnya, sebagaimana juga Eni di Geng North dan blok-blok lain juga, WK Andaman, sekarang Mubadala sedang marketing gas-nya," ucap Djoko.
Penandatanganan MoU antara Inpex dan Pupuk Indonesia sendiri telah dilaksanakan pada Februari 2020. Bukan hanya dengan Pupuk Indonesia, Inpex dikabarkan juga meneken nota kesepahaman dengan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN.
Lambatnya progres pengembangan Blok Masela yang terletak di Kepulauan Tanimbar, Maluku itu beberapa kali menjadi perhatian khusus bagi Menteri ESDM Bahlil Lahadalia.
Bahkan, Bahlil dikabarkan sudah mengirim surat peringatan pertama (SP-1) untuk Inpex Co sebagai operator blok tersebut imbas lambatnya progres pengembangan.
“Nah, saya sudah bikin Surat Peringatan Pertama. Kalau [Surat Peringatan] Kedua tidak bisa lagi, saya cabut. Ini gede dan ini pasti akan gempar. Saya tidak perlu sampaikan perusahaan apa itu. Biarkanlah Tuhan, saya, dan dia yang tahu,” ujar Bahlil.
Lapangan Abadi Masela diestimasikan memiliki puncak produksi sebesar 9,5 juta ton LNG per tahun (MTPA) dan gas pipa 150 MMSCFD, serta 35.000 barel kondensat per hari (BCPD).
Saat ini, pemegang hak partisipasi atau participating interest (PI) di Blok Masela adalah Inpex Masela Limited dengan porsi 65%, sedangkan sisanya –sebanyak 35%– akan dibagi antara Pertamina dengan target sebesar 20% dan Petronas 15%.
Indonesia digadang-gadang siap menjadi raksasa produsen LNG di Asia Tenggara, seiring dengan adannya potensi tambahan 40 miliar meter kubik atau billion cubic meter (bcm) sumber daya hingga 2030.
BMI—lengan riset Fitch Solutions, bagian dari Fitch Group — menyebut Indonesia kaya dengan proyek gas greenfield yang akan mengerek pasokan gas baku untuk produksi LNG sepanjang 2024—2030.
Proyek gas enhanced gas recovery (EGR) Ubadari adalah yang paling signifikan di antara proyek-proyek greenfield ini dan diestimasikan mendukung produksi LNG dari proyek Tangguh.

Sementara itu, total kapasitas produksi LNG Indonesia dapat meningkat menjadi 48,9 mtpa pada awal 2030-an jika proyek Abadi LNG atau Blok Masela terealisasi. Indonesia saat ini memiliki kapasitas produksi LNG gabungan sebesar 36,2 mtpa, termasuk Bontang, Donggi Senoro, Tangguh, dan pabrik modular kecil, menurut BMI.
Adapun, proyek Sengkang LNG 2,0 mtpa masih dalam tahap konstruksi, dengan penyelesaian berpotensi tertunda hingga 2025. Genting Berhad saat ini sedang membangun pabrik LNG terapung 1,2 mtpa pertama di Indonesia di Teluk Bintuni, Papua Barat. Gas umpan untuk produksi LNG akan dipasok dari ladang gas Asap, Kido, dan Merah.
Genting Berhad juga telah sepakat dengan pemerintah Indonesia untuk memasok 230 mmscfd gas umpan untuk produksi LNG selama 18 tahun, dan tambahan 101 mmscfd untuk pabrik amonia dan urea yang direncanakan di Papua Barat. Proyek LNG ini diharapkan mulai beroperasi pada 2028.
“Kami memperkirakan total kapasitas produksi LNG Indonesia akan meningkat menjadi 39,4 mtpa pada 2028 jika kedua proyek tersebut mulai beroperasi sesuai jadwal. Pemerintah Indonesia telah menyetujui PoD untuk proyek LNG Abadi [Masela] sebesar 9,5 mtpa. Investor proyek, termasuk Inpex Corporation, Petronas, dan Petronas, belum mengumumkan keputusan investasi final [FID],” tulis BMI.
-- Dengan asistensi Mis Fransiska Dewi
(wdh)