Serangan ini terjadi hanya dua hari setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan rencana pertemuannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk membahas upaya mengakhiri perang. Langkah tersebut dipandang sebagai bentuk pengakuan bahwa Putin adalah aktor kunci dalam konflik ini, yang berpotensi mengesampingkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy serta pemimpin Eropa lainnya dalam perundingan perdamaian.
Zelenskyy menyatakan bahwa serangan ke Chernobyl dilakukan oleh drone Rusia yang membawa hulu ledak berkekuatan tinggi dan menyebabkan kebakaran. Api tersebut telah berhasil dipadamkan.
“Struktur pelindung yang dibangun pada 2016 itu mengalami kerusakan akibat serangan ini,” ungkapnya. Struktur ini sendiri sebelumnya didirikan untuk menutupi cangkang beton lama yang dibangun pasca-bencana 1986 guna mencegah kebocoran radiasi.
Badan regulasi nuklir Ukraina merilis foto yang menunjukkan lubang pada atap struktur pelindung tersebut, yang memiliki berat sekitar 40.000 ton dan cukup tinggi untuk menampung Katedral Notre Dame Paris di dalamnya.
Dampak serangan juga merusak peralatan di garasi pemeliharaan pembangkit, menurut laporan regulator nuklir Ukraina.
Kepala Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih di Kyiv, Oleksandr Kharchenko, menegaskan bahwa tidak ada ancaman langsung terhadap fasilitas tersebut maupun risiko kebocoran radiasi.
"Struktur pelindung ini kuat dan andal, meskipun mengalami kerusakan," katanya kepada AP.
Rusia & Ukraina Saling Tuding
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, dengan tegas membantah bahwa Rusia bertanggung jawab atas serangan ini.
“Tidak ada pembicaraan mengenai serangan terhadap infrastruktur nuklir atau fasilitas energi nuklir. Klaim semacam itu tidak benar. Militer kami tidak melakukan hal seperti itu,” ujar Peskov dalam konferensi pers seperti dilaporkan AP.
Peskov bahkan menuding Ukraina melakukan "serangan palsu" untuk menyalahkan Rusia dan menggagalkan upaya perdamaian antara Trump dan Putin.
"Jelas ada pihak di pemerintahan Ukraina yang akan terus menentang segala upaya negosiasi, dan mereka akan melakukan segala cara untuk menggagalkan proses tersebut," katanya.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, menyebut serangan drone terhadap Chernobyl sebagai tindakan "ceroboh" yang dilakukan Kyiv. Ia juga menekankan bahwa Rusia telah berkontribusi dalam upaya internasional membangun struktur pelindung yang kini mengalami kerusakan.
Di sisi lain, pemerintah Ukraina berencana memaparkan bukti serangan ini kepada pejabat AS dalam Konferensi Keamanan Munich yang dimulai pada Jumat. Kepala Kantor Kepresidenan Ukraina, Andrii Yermak, menyampaikan hal ini melalui kanal Telegram resminya.
Di Munich, Zelenskyy menyatakan bahwa serangan terhadap Chernobyl adalah "sinyal jelas dari Putin dan Federasi Rusia" untuk konferensi tersebut.
Dalam pernyataan lain, ia menegaskan bahwa Ukraina menginginkan jaminan keamanan sebelum memulai perundingan damai.
“Saya hanya akan bertemu dengan Putin secara langsung setelah ada rencana bersama yang telah dinegosiasikan dengan Trump,” ujarnya.
Direktur Jenderal IAEA, Rafael Grossi, menulis di media sosial X bahwa serangan ini, bersama meningkatnya aktivitas militer di sekitar Zaporizhzhia, menegaskan adanya "risiko keselamatan nuklir yang terus-menerus." Ia menegaskan bahwa IAEA tetap berada dalam "status siaga tinggi."
IAEA juga mengonfirmasi bahwa personelnya merespons serangan dalam hitungan menit dan memastikan tidak ada korban jiwa.
“Tingkat radiasi di dalam maupun luar fasilitas tetap normal dan stabil,” kata pernyataan resmi IAEA di X.
Sementara itu, Zelenskyy menegaskan bahwa serangan ini membuktikan Putin tidak memiliki niat untuk bernegosiasi.
"Satu-satunya negara di dunia yang bisa menyerang fasilitas seperti ini, menduduki pembangkit listrik tenaga nuklir, dan berperang tanpa peduli pada konsekuensi adalah Rusia saat ini. Ini adalah ancaman teror bagi seluruh dunia," tulisnya di Telegram.
"Rusia harus bertanggung jawab atas apa yang mereka lakukan," tambahnya.
(del)