Bloomberg Technoz, Jakarta - PT Petrosea Tbk (PTRO) mencatatkan total nilai perolehan kontrak (backlog) sebesar Rp 64,3 triliun sepanjang tahun 2024, yang merupakan angka tertinggi dalam lebih dari lima dekade sejarah perseroan di sektor pertambangan dan konstruksi.
“Pencapaian ini merupakan wujud nyata kepercayaan masyarakat dan investor yang semakin besar terhadap kinerja dan prospek pertumbuhan Petrosea, baik saat ini maupun pada masa yang akan datang,” ujar Chief Investment Officer PT Petrosea Tbk, Kartika Hendrawan.
Selain pencapaian backlog, Petrosea juga mencatatkan peningkatan signifikan dalam jumlah pemegang saham setelah melakukan pemecahan saham (stock split) dengan rasio 1:10 pada awal Januari 2025. Jumlah investor yang memegang saham perseroan melonjak dari 12.883 investor di akhir 2024 menjadi 49.796 investor pada akhir Januari 2025.
“Stock split ini menjadi katalis penting dalam meningkatkan likuiditas saham dan menarik lebih banyak investor ke dalam perusahaan kami,” kata Kartika.
Dari total pemegang saham baru, investor institusi bertambah dari 195 menjadi 284, sedangkan investor individu meningkat hampir empat kali lipat dari 12.688 menjadi 49.512. Sementara itu, pemegang saham asing bertambah dari 109 menjadi 125 investor, meskipun pertumbuhannya masih lebih kecil dibandingkan investor domestik.
Petrosea juga telah menjual seluruh saham treasury yang dimiliki kepada publik pada Mei dan Juni 2024. Dengan aksi ini, jumlah saham free float Petrosea mencapai 27,25% per 31 Januari 2025.
Sepanjang tahun 2024, perseroan mengamankan beberapa kontrak besar. Salah satunya adalah perjanjian jasa pertambangan dengan PT Pasir Bara Prima dengan nilai Rp 17,4 triliun dan durasi life of mine.
Petrosea juga menandatangani kontrak Onshore Early Works EPC untuk proyek Ubadari, Tangguh EGR/CCUS & Tangguh Onshore Compression (UCC) senilai Rp 4,6 triliun dengan jangka waktu 24 bulan. Selain itu, perusahaan mendapatkan kontrak pengadaan dan konstruksi untuk tambang Blok Pomalaa dengan PT Vale Indonesia Tbk senilai Rp 2,8 triliun.
Untuk mendukung ekspansi bisnisnya, Petrosea berhasil menggalang dana lebih dari Rp 12 triliun melalui berbagai instrumen pendanaan.
Penawaran Umum Berkelanjutan atas Obligasi Berkelanjutan I Tahap I Tahun 2024 dan Sukuk Ijarah Berkelanjutan I Tahap I Tahun 2024 senilai Rp 1,5 triliun mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) dan telah tercatat di Bursa Efek Indonesia sejak 16 Desember 2024.
“Ini adalah penawaran perdana Petrosea di pasar Obligasi dan Sukuk sejak perusahaan didirikan pada 1972. Peringkat idA+ dan idA+(sy) (Stable Outlook) dari PEFINDO mencerminkan solidnya fundamental keuangan kami,” ujar Kartika.
Selain itu, Petrosea juga mendapatkan pendanaan dari sektor perbankan. Perseroan memperoleh fasilitas kredit sebesar Rp 11,1 triliun dari PT Bank Central Asia Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Dana ini digunakan untuk belanja modal, investasi alat pertambangan, serta penguatan modal kerja.
“Kami sangat berterima kasih kepada seluruh investor dan para pemangku kepentingan lainnya atas kepercayaannya terhadap Petrosea sehingga kami dapat terus tumbuh dan memberikan nilai tambah secara berkelanjutan,” tutup Kartika.
(dhf)