Logo Bloomberg Technoz

Yield spread yang menyempit, kini sebesar 220 basis poin setelah sebelumnya sempat menyentuh 251 basis poin, akan membuat daya tarik investasi di surat utang RI kian memudar dan memantik arus jual dari pemilik dana global.

Lanskap itu memberikan gambaran akan adanya potensi tekanan pada rupiah hari ini.

Namun, rupiah mungkin akan masih mendapatkan sokongan bila sentimen dalam negeri dari pasar saham tetap positif dan menahan dana asing tinggal di dalam negeri. Sebagai gambaran, ketika IHSG rebound kemarin, investor asing masih mencatat posisi net sell senilai Rp231 miliar.

Itu menjadi posisi net sell asing di bursa saham Indonesia dalam 8 hari perdagangan beruntun, mencerminkan minat asing di saham domestik masih belum pulih.

Selain itu, reaksi pasar valas Asia pagi ini juga cenderung positif. Mengacu data realtime Bloomberg, mayoritas mata uang Asia bergerak menguat pagi ini dipimpin oleh won Korea Selatan 0,13%, lalu yen 0,12%, dolar Singapura 0,08% dan dolar Hong Kong 0,01%. Sementara ringgit dan yuan offshore masih bergerak melemah sedikit 0,01%.

Dinamika di pasar valas itu berlangsung ketika bursa Asia bergerak variasi di mana indeks Kospi Korea hijau, akan tetapi bursa negara maju di Selatan bergerak di zona merah.

Hanya satu kali

Tadi malam, AS melaporkan data inflasi CPI yang menunjukkan data melebihi ekspektasi pasar, bahkan melampaui angka bulan sebelumnya.

Inflasi CPI pada Januari tercatat 0,5 month-on-month (mom), naik dibanding Desember 0,4% mom dan melampaui ekspektasi pasar 0,3% mom.

Secara tahunan, inflasi CPI juga melesat jadi 3% year-on-year (yoy), dari 2,9% pada Desember.

Yang paling disoroti adalah inflasi inti CPI di mana pada bulan lalu, angkanya naik jadi 0,4% mom dan 3,3% yoy, jauh melampaui ekspektasi pasar di 0,3% mom dan 3,1% yoy. Angka itu juga lebih tinggi dibanding Desember yang sebesar 0,2% mom dan 3,2% yoy.

Data itu terbilang buruk bagi pasar karena melemahkan peluang The Fed memangkas lebih dari satu kali lagi di sisa tahun ini.

Peluang pemangkasan pada pertemuan The Fed bulan depan, pupus sudah. Peluang pemangkasan mungkin baru akan terbuka pada semester II tahun ini.

Gubernur Federal Reserve Jerome Powell mengatakan, data inflasi terbaru itu memperlihatkan bahwa meski bank sentral telah membuat kemajuan substansial dalam mengendalikan inflasi, akan tetapi masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan.

"Saya akan mengatakan kita sudah dekat, tetapi belum sampai pada inflasi," Powell mengatakan kepada Komite Jasa Keuangan DPR pada Rabu (12/2/2025), menanggapi pertanyaan pada hari kedua pertemuan semi-annual bank sentral di hadapan Kongres.

"Tahun lalu, inflasi sebesar 2,6% — jadi perkembangan yang luar biasa — tetapi kita belum sampai pada titik target," kata Powell, merujuk pada indeks inflasi yang berbeda dari indeks harga konsumen (CPI), yang dirilis pada Rabu.

"Jadi kami ingin mempertahankan kebijakan yang ketat untuk saat ini," tambahnya, yang menunjukkan suku bunga akan tetap tinggi di masa mendatang.

Nanti malam, pasar akan menunggu rilis data inflasi harga grosir (PPI) Amerika, juga klaim pengangguran.

Analisis teknikal rupiah

Secara teknikal, nilai rupiah berpotensi melanjutkan tren pelemahan ke level Rp16.380/US$ yang menjadi titik support terdekat usai break support psikologis. Target pelemahan selanjutnya akan tertahan di Rp16.400/US$.

Apabila kembali break support tersebut, rupiah berpotensi melemah lebih lanjut menuju Rp16.450/US$ sebagai support terkuat. Cermati level support Rp16.500/US$ sebagai titik support paling penting.

Jika nilai rupiah terjadi penguatan, resistance yang menarik dicermati ada di level Rp16.340/US$ dan Rp16.300/US$ sebagai resistance potensial.

Analisis Teknikal Nilai Rupiah Kamis 13 Februari 2025 (Riset Bloomberg Technoz)

(rui)

No more pages