"Karena sebenarnya inisudah di, saya pernah denger ini dari salah satu ahli dari luar negeri bahwa sumber air panas ciater itu,kandungansulfur ya. Nah hal-hal seperti ini yang perlukita kemas kembaligitu, untuk meningkatkan tadi, mendiversifikasi produk kitadan jugalangsung dengan segmen yang saat ini sedang berkembang."
Lalu gastronomi atau wisata kuliner berbasis pengalaman, misalnya tur mencicipi masakan khas daerah atau kelas memasak tradisional. Serta, wisata bahari, di mana pengembangan marina dan boating sebagai daya tarik baru bagi wisatawan kelas atas.
"Saat ini industri yacht (perahu pesiar) sedang berkembang pesat di Asia. Kita juga perlu mulai menggarapnya, meskipun masih ada regulasi yang tumpang tindih," ungkapnya.
Kemenpar juga mempertimbangkan pengembangan edutrip, yaitu wisata berbasis edukasi yang menyasar segmen wisatawan dengan minat khusus.
Yakni wisata bertema arsitektur Indonesia atau wastra (kain tradisional Nusantara), yang dapat menarik wisatawan asing maupun domestik yang ingin belajar lebih dalam tentang budaya Indonesia.
"Mungkin ini niche market, tapi mereka punya daya beli tinggi dan bisa membelanjakan lebih banyak. Kita perlu menciptakan paket-paket wisata yang sesuai dengan kebutuhan mereka," terang dia.
Kemenpar juga melihat peluang untuk menarik lebih banyak tamu ke hotel melalui konsep hotel Itikaf saat Ramadan.
"Saya pernah coba di Sahid Hotel, bikin acara Itikaf. Mulai dari buka puasa sampai malam, ada yang menginap di hotel, ada yang hanya di ballroom. Ini tetap ada spending," kata Rizki.
Konsep ini bisa menjadi peluang baru bagi hotel-hotel yang ingin tetap mendapatkan okupansi tinggi di tengah rendahnya penghematan anggaran saat ini.
(dec/spt)