Logo Bloomberg Technoz

“Jadi jangan dibangun persepsi bahwa seolah-olah enggak kita dukung. Bukan tidak didukung. Kita gendong ini Singapura, kita gendong dia. Cuma pada saat kita gendong, kita juga perlu lihat gelagatnya untuk dia menggendong kita. Nah kalau begitu berarti enggak win-win dong. Mudah-mudahan hasil pertemuan saya kemarin sudah sama-sama insaf, untuk perbaikan kerja sama antara kedua negara.”

Bahlil mengaku tidak memedulikan desakan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN untuk segera membuka ekspor listrik bersih ke Singapura, yang dinilai sebagai potensi bisnis yang menguntungkan bagi Indonesia.

Dia berkeras bahwa urusan membangun negara tidak sekadar menyangkut bisnis. Dengan kata lain, harus ada timbal balik yang diberikan Singapura kepada Indonesia jika ingin mendapatkan pasokan listrik bersih dari negara ini.

Makin cepat Singapura memberikan proposal investasinya untuk Indonesia, lanjut Bahlil, makin cepat pula Kementerian ESDM memberi lampu hijau bagi ekspor listrik bersih ke negara tersebut.

“Akan tetapi, jangan tanya terus tentang apa yang bapak minta. Kita maunya fair, supaya kita sama-sama jalan, kita sama-sama win-win dan manfaatnya semuanya untuk kedua belah negara,” tutur Bahlil.

Penerapan perusahaan teknologi untuk menghasilkan energi bersih dan dukung iklim hijau, termasuk pembangunan proyek panel surya. (Bloomberg)

Dalam berbagai kesempatan, Bahlil tidak segan menutupi pendiriannya untuk menentang ekspor listrik ke Singapura.

Pada November tahun lalu, Bahlil menegaskan wacana ekspor listrik bersih ke Singapura tidak bisa dilakukan secara sembrono, jika Indonesia tidak mendapatkan manfaat investasi dari Negeri Singa.

“Saya kan sudah katakan bahwa itu kita bicara g2g [government to government] dahulu. Kita kan bicara tentang kepentingan bangsa. Hari ini di dunia orang sudah bicara tentang green industry dan green energy,” ujarnya saat ditemui di kantornya.

“Nah, Indonesia harus memanfaatkan hal-hal yang tidak dimiliki oleh negara lain. Keunggulan komparatif termasuk di dalamnya EBT. Kita lagi mau bicarakan dahulu.”

Atas dasar itu, Kementerian ESDM belum akan memutuskan ihwal ekspor listrik bersih ke Singapura dalam waktu dekat. Menurutnya, konsep ekspor listrik tersebut juga masih dimatangkan oleh kementeriannya. 

Akhir September tahun lalu, dia juga menyebut Kementerian ESDM menghendaki agar ekspor listrik EBT tetap sesuai dengan kepentingan nasional Indonesia.

“Kalau di Republik [Indonesia] belum cukup atau belum paten, ya kenapa harus kita kirim ke luar? Jadi jangan kita ini jadi follower orang gitu loh. Kita harus jadi lokomotif Asean, bukan follower Asean gitu,” ujar Bahlil dalam agenda Green Initiative Conference 2024.

Bahlil memastikan kesepahaman ekspor listrik rendah emisi melalui pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) ke Singapura tidak gagal walaupun terdapat kajian tersebut. Kendati demikian, Bahlil menggarisbawahi ekspor listrik ke Singapura masih sebatas nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU).

(wdh)

No more pages