Rupiah Masih Terkepung Sentimen Negatif, Adakah Peluang Menguat?
Tim Riset Bloomberg Technoz
12 February 2025 07:40

Bloomberg Technoz, Jakarta - Rupiah kemungkinan masih akan sulit keluar dari tekanan arus jual pemodal di pasar saham maupun potensi pelemahan harga surat utang domestik, di tengah pergerakan indeks dolar Amerika Serikat (AS) yang sejatinya melemah.
Sinyal yang kurang dovish dari Gubernur Federal Reserve Jerome Powell telah menaikkan imbal hasil surat utang AS, Treasury, hingga kian menyempitkan selisih imbal hasil investasi dengan surat utang RI. Kini, yield spread tersisa 225 basis poin dan mungkin akan memicu para pemodal global keluar dari pasar surat utang hari ini.
Di sisi lain, tekanan pada pasar saham domestik kemungkinan akan berlanjut meski indeks telah ambles 7% sepanjang tahun ini. Analisis terbaru JPMorgan yang dilansir hari ini menghitung, setiap pelemahan rupiah hingga 1% terhadap dolar AS, akan berdampak pada pertumbuhan EPS (Earning per Share) pasar saham sebesar 0,5%.
"Bila nilai tukar rupiah makin terdepresiasi hingga 5% atau di Rp17.000/US$, kemungkinan ada revisi pendapatan jadi turun sebesar 2,5% dari skenario dasar kami 5% pada tahun 2025. Meski demikian, sensitivitasnya menunjukkan paparan korelasi yang lebih rendah dibanding satu dekade lalu di mana setiap pelemahan rupiah 1% akan berdampak -1% pada pertumbuhan EPS," kata Henry Wibowo, Head of Indonesia Research & Strategy JP Morgan, yang dikutip hari ini.
Di sisi lain, jurus Pemerintah RI memangkas anggaran hingga Rp306 triliun dikhawatirkan berdampak pada pertumbuhan beberapa sektor industri. Pelayanan publik juga dikhawatirkan bisa terganggu dengan langkah Kementerian/Lembaga menempuh berbagai strategi efisiensi.