“Sejatinya, terganggunya sistem, aplikasi dan ATM itu merupakan risiko teknologi,” papar Paul. Namun jika gangguan bersumber dari perubahan sistem maka bank wajib memberitahukan lebih dulu kepada para nasabahnya.
"Dengan demikian, potensi risiko yang dihadapi oleh nasabah dapat ditekan serendah mungkin. Artinya, nasabah dapat melakukan transaksi di kantor cabang terdekat," sambungnya. Lain hal jika gangguan yang dialami BSI disebabkan serangan virus.
Bagi nasabah Bank BSI, lanjut Paul, tidak perlu khawatir akan kehilangan dana atau saldo yang mengalami kekurangan. Pasalnya, sudah semestinya semua transaksi ada record-nya. Meski dirinya juga mengaku wajar jika nasabah protes, karena mereka tidak bisa melakukan transaksi.
"Namun tentu saja nasabah pasti merugi berupa kesempatan yang hilang atau opportunity loss, mengapa? Karena transaksi tidak dapat dilakukan pada saat yang sudah direncanakan," tutupnya.
(wep)