Bloomberg Technoz, Jakarta - Masyarakat Indonesia menilai, kondisi ekonomi yang mereka hadapi saat ini lebih buruk dibandingkan enam bulan lalu akibat kondisi penghasilan yang menurun di tengah sulitnya lapangan pekerjaan.
Hal itu terungkap dalam hasil Survei Konsumen bulan Januari yang dilansir oleh Bank Indonesia hari ini. Akibat kondisi ekonomi yang dinilai lebih buruk saat ini, tingkat keyakinan konsumen di Tanah Air juga jadi melemah.
Kondisi keuangan masyarakat Indonesia pada Januari juga terlihat mengalami tekanan apabila mencermati perkembangan proporsi pengeluaran.
Ada indikasi pendapatan masyarakat terkuras untuk membayar cicilan pinjaman yang alokasinya menyentuh level tertinggi dalam empat tahun terakhir atau sejak Februari 2021. Besarnya beban cicilan pinjaman telah menekan pengeluaran untuk konsumsi dan menguras pula alokasi untuk tabungan.
Kondisi ekonomi yang lebih buruk saat ini, dirasakan oleh hampir semua kelompok pengeluaran, terutama kelompok dengan pengeluaran terbesar. Kondisi penghasilan yang menurun ditambah lapangan kerja yang masih sempit, membuat persepsi akan kondisi ekonomi jadi lebih buruk.
Hal itu pada akhirnya mempengaruhi ekspektasi terhadap kondisi ekonomi ke depan.
Mayoritas responden yang disurvei menilai, ketersediaan lapangan kerja dalam enam bulan ke depan masih akan sulit. Meski begitu, kegiatan usaha diperkirakan akan lebih baik sehingga secara keseluruhan kondisi ekonomi enam bulan ke depan diekspektasikan membaik dibanding saat ini.
Tercekik Beban Cicilan
Hasil Survei juga memperlihatkan, konsumen di Indonesia makin mengurangi alokasi pendapatan untuk konsumsi. Dari 100% pendapatan, konsumen mengalokasikan sekitar 73,6% untuk keperluan konsumsi. Angka itu turun 0,5 poin persentase dan menjadi yang terendah sejak Agustus 2024.
Pada saat yang sama, alokasi pendapatan untuk membayar cicilan pinjaman meningkat 0,6 poin persentase mencapai 11,1%, tertinggi sejak Februari 2021.
Pada saat yang sama, alokasi pendapatan yang digunakan untuk menabung tercatat turun. Yaitu menjadi 15,3%, terendah sejak November lalu.
Terungkap bahwa kelompok dengan pengeluaran terendah yaitu Rp1 juta hingga Rp2 juta, serta konsumen dengan belanja menengah antara Rp3,1 juta hingga Rp4 juta, menjadi yang paling besar lonjakan beban cicilan utangnya.
Sementara kelompok pengeluaran terbesar, di atas Rp5 juta per bulan, mencatat penurunan alokasi untuk tabungan terbesar dari 18,5% menjadi 16,5%, terendah sejak November.
Kategori | Indeks per Januari 2025 | Perubahan |
Indeks Keyakinan Konsumen | 127.2 | -0.5 |
Indeks Ekonomi Saat Ini | 113.5 | -2.5 |
- Indeks Penghasilan Saat Ini | 122.6 | -1.3 |
- Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja | 107.7 | -4.5 |
- Indeks Pembelian Barang Tahan Lama | 110.3 | -1.5 |
Indeks Ekspektasi Konsumen | 140.8 | +1.3 |
- Indeks Ekspektasi Penghasilan | 144.8 | +1.5 |
- Indeks Ekspektasi Lapangan Kerja | 137.0 | -0.6 |
- Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha | 140.7 | +3.3 |
Berikut ini penjelasan terperinci hasil survei Keyakinan Konsumen edisi Januari:
Kondisi ekonomi saat ini
Indeks Ekonomi saat ini tercatat turun 2,5 basis poin ke level 113,5, terendah sejak Juni 2024. Penurunan indeks tersebut menunjukkan bahwa masyarakat menilai kondisi ekonomi saat ini lebih buruk dibanding kondisi enam bulan lalu.
Kondisi ekonomi yang lebih buruk itu dirasakan oleh hampir semua kelompok pengeluaran, terutama kelompok berpengeluaran terbesar yakni di atas Rp5 juta per bulan.

Indeks Ekonomi kelompok ini turun hingga 8,3 poin pada Januari, terbesar dibanding kelas penghasilan lain. Sementara itu, kelompok pengeluaran menengah yaitu Rp3,1 juta hingga Rp5 juta, juga memiliki persepsi serupa meski penurunan indeksnya lebih kecil yakni sekitar 3,5 poin. Sedangkan kelompok pengeluaran terbawah yaitu Rp1 juta hingga Rp2 juta, tercatat turun 2,8 poin.
Hanya kelompok pengeluaran Rp2,1 juta hingga Rp3 juta yang masih menilai kondisi ekonomi saat ini lebih baik dibanding enam bulan lalu, dengan kenaikan 5,4 poin.
Bila kini berkurang optimismenya, bagaimana dengan kondisi ekonomi ke depan? Hasil survei mencatat, ekspektasi terhadap kondisi ekonomi yang lebih baik ke depan masih bertumbuh, terindikasi dari kenaikan indeks sebesar 1,5 poin.
Namun, yang lebih optimistis sejauh ini hanya kelompok pengeluaran Rp2,1 juta hingga Rp3 juta saja. Selebihnya, konsumen cenderung tidak terlalu optimistis bahkan menilai enam bulan ke depan, kondisi ekonomi mungkin masih tetap buruk terutama karena masih sulitnya ketersediaan lapangan kerja.
Kondisi Penghasilan
Hasil survei memuat, kondisi penghasilan mayoritas masyarakat Indonesia pada Januari, memburuk dibanding kondisi enam bulan lalu. Hal itu tecermin dari penurunan Indeks Penghasilan sebesar 1,3 poin ke level terendah tiga bulan.
Pemburukan kondisi penghasilan terutama dialami oleh kelompok pengeluaran terbesar yaitu di atas Rp5 juta. Indeks Penghasilan kelompok ini turun 8,6 poin ke level terendah sejak Oktober.
Penurunan penghasilan juga dialami oleh kelompok tengah dengan nilai pengeluaran Rp3,1 juta hingga Rp4 juta serta kelompok terbawah dengan pengeluaran di bawah Rp2,1 juta.
Sedangkan kelompok pengeluaran Rp2,1 juta hingga Rp3 juta mencatat kondisi penghasilan lebih baik dengan kenaikan indeks sebesar 4,5 poin.
Ke depan, kondisi penghasilan dinilai cenderung stagnan dengan Indeks Eksepktasi Penghasilan hanya naik 1,5 poin. Konsumen dengan nilai belanja terendah mencatat penurunan indeks terbesar hingga 3,3 poin.
Ketersediaan Lapangan Kerja
Para responden survei juga menilai, kondisi ketersediaan lapangan kerja saat ini lebih buruk dibanding enam bulan lalu. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja turun hingga 4,5 poin ke level terendah sejak Oktober.

Hampir semua kelompok pengeluaran memiliki persepsi serupa, terkecuali kelas pengeluaran Rp2,1 juta hingga Rp3 juta, yang masih naik indeksnya sebesar 8,1 poin.
Sementara kelas ekonomi di luar itu, menilai ketersediaan lapangan kerja saat ini lebih sempit, terutama kelompok konsumen dengan nilai belanja antara Rp4,1 juta hingga Rp5 juta.
Indeks kelompok pengeluaran tersebut turun hingga double digit, yaitu 11,5 poin ke level terendah sejak Oktober. Kelompok pengeluaran di atasnya yakni dengan nilai spending di atas Rp5 juta, juga turun sebesar 9,4 poin.
Ekspektasi konsumen terhadap ketersediaan lapangan kerja ke depan juga masih agak seret. Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja turun 0,6 poin, terutama karena kecilnya ekspektasi dari kelompok berpengeluaran terbesar di atas Rp5 juta dan konsumen terkecil di bawah Rp2 juta.
Minat Belanja Barang Tahan Lama
Salah satu indikator daya beli adalah tingkat pembelian masyarakat akan barang nonmakanan atau barang tahan lama. Dalam hasil survei terbaru tersebut, tercatat bila minat masyarakat Indonesia terhadap belanja barang tahan lama di luar makanan, menurun.
Indeks Pembelian Barang Tahan Lama pada Januari turun 1,5 poin ke level terendah sejak November. Hal itu bisa menjadi cerminan ada masalah daya beli yang membuat konsumen mengurangi ataupun menunda pembelian barang nonmakanan.
Lagi-lagi kelompok pengeluaran terkaya yaitu di atas Rp5 juta mencatat penurunan indeks terbesar, hingga 7,1 poin. Disusul oleh kelompok pengeluaran menengah dengan penurunan indeks hingga 3,8 poin.
Sementara kelompok pengeluaran Rp2,1 juta-Rp3 juta, masih naik indeksnya sebesar 3,5 poin.
Kegiatan Usaha
Kegiatan usaha di masa mendatang diperkirakan akan lebih baik kondisinya, tecermin dari kenaikan indeks sebesar 3,3 poin pada Januari.
Kelompok dengan pengeluaran Rp2,1 juta hingga Rp3 juta menjadi yang paling optimistis dengan kenaikan indeks hingga 12,5 poin. Sementara dua kelompok pengeluaran di atasnya justru lebih pesimistis dengan penurunan indeks mencapai 1,9 poin.
(rui/aji)