Logo Bloomberg Technoz

Walakin, Roy menyebut pertumbuhan omzet ritel modern tahun ini tidak akan secemerlang tahun lalu apabila pertumbuhan ekonomi nasional melemah.

"Pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi lebih sedikit turun dari tahun lalu. Tahun lalu 5,37% tahun ini diprediksi 5,1% maka ritel pada tahun ini diprediksi akan tumbuh sedikit lebih rendah dari tahun lalu. Kalau tahun lalu industri ritel modern bisa dapat 4%—4,2%, nah kalau tahun ini mungkin di 3,7%—3,8%," bebernya.

Berbelanja Kebutuhan Makanan di Minimarket (Iya Forbes/Bloomberg)


Adapun, penyebab rendahnya omzet ritel modern pada libur Idulfitri 1444 H adalah cuti bersama yang terbilang lebih panjang, yaitu selama 19—25 April 2023. Alhasil, masyarakat lebih banyak membelanjakan uangnya untuk biaya transportasi.

"Konsumen akhirnya spend money-nya ke transportasi dan juga untuk silaturahmi, keluarga, jalan-jalan. Jadi konsumsinya tidak seperti tahun lalu," ungkapnya.

Faktor kedua penyebab lesunya omzet ritel modern selama Lebaran adalah fluktuasi harga, khususnya kebutuhan pokok. Selain itu, sebagian kalangan masyarakat juga menahan belanja lantaran berjaga-jaga di tengah isu resesi ekonomi yang belum selesai.

"Kedua ada fenomena di mana masyarakat juga menahan belanja karena situasi yang belum kondusif. Situasi masih banyak tantangan, tantangan global, kemudian kita tahu inflasi juga masih up and down walaupun kita moderate karena tightening money," papar Roy.

Realisasi pertumbuhan omzet ritel modern pada periode Lebaran tersebut berada jauh di bawah ekspektasi Aprindo sebelumnya. Asosiasi memproyeksi terjadi peningkatan penjualan bulanan atau month to month (mtm) di gerai-gerai ritel modern hingga 21% selama Ramadan hingga Idulfitri 1444H dari periode normal.

Penjualan produk makanan dan minuman ditaksir masih akan mendominasi disusul oleh produk pakaian yang biasanya dicari mendekati Hari Raya.

Adapun, secara tahunan Aprindo memproyeksi industri ritel modern di Tanah Air akan tumbuh hingga 4,6% secara yoy sepanjang 2023. Pemilu yang akan digelar pada 14 Februari 2024 menjadi salah satu pendorong pertumbuhan tersebut.

"Tiga bulan setelah Idulfitri ini akan menurun [penjualan]. Polanya memang begitu, setelah banyak belanja, masyarakat rem dahulu. Nah Agustus [2023], baru akan naik kembali dibantu oleh Pemilu 2024 yang masuk masa kampanye," kata Roy.

Selain itu, program bantuan sosial (bansos) pangan juga diyakini dapat mengatrol daya beli masyarakat di tengah fluktuasi harga pangan. Program pemerintah tersebut secara tidak langsung turut mengerek penjualan di gerai-gerai ritel modern yang belum sepenuhnya pulih seperti sebelum pandemi Covid.

(rez/wdh)

No more pages