Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan Sesi I siang hari ini di zona merah. Dalamnya penurunan membuat IHSG menjadi yang terburuk di Bursa Asia.

Pada Senin (10/2/2025), IHSG Sesi I ditutup di 6.630,65 pada penutupan perdagangan. Melemah 1,66% dan 111,92 poin dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Penutupan IHSG Sesi I pada Senin 10 Februari 2025 (Bloomberg)

Posisi terendah IHSG hari ini ada di 6.585,98 sedangkan tertinggi sempat terjadi sesaat 6.742,61. Volume perdagangan tercatat melibatkan 9,58 miliar saham. Dengan nilai perdagangan mencapai Rp5,93 triliun.

Hanya ada satu kumpulan saham yang mampu menguat. Saham sektor konsumen primer yang menghijau 0,67%.

Sementara saham-saham energi, saham infrastruktur, dan saham properti jadi yang terlemah hari ini, jatuh sedalam 2,98%, 2,10%, dan 1,49%. Disusul oleh saham perindustrian yang turun 1,46% dan saham keuangan melemah 1,16%.

Sejumlah saham melemah hingga menjadi top losers di antaranya saham PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) yang ambles 19,8%, saham PT Multi medika Internasional Tbk (MMIX) jatuh 19,3%, dan juga saham PT Sona Topas Tourism Industry Tbk (SONA) ambruk 16,4%.

IHSG menjadi sekian dari Bursa Asia yang menetap di zona merah, index PSEI (Filipina), TW Weighted Index (Taiwan), SETI (Thailand), SENSEX (India), Ho Chi Minh Stock Index (Vietnam), dan KLCI (Malaysia), yang melemah dan tertekan masing-masing mencapai 1,99%, 0,92%, 0,75%, 0,75%, 0,42%, dan 0,12%.

Dengan demikian, IHSG adalah indeks dengan pelemahan terdalam dan paling anjlok di Asia dan ASEAN, bersanding dengan Filipina.

Indeks Topix Jepang (Bloomberg)

Sementara Bursa Saham Asia lainnya berhasil melaju di zona hijau i.a Hang Seng (Hong Kong), Straits Times (Singapura), Shenzhen Comp. (China), Shanghai Composite (China), NIKKEI 225 (Tokyo), Kospi (Korea Selatan), Topix (Jepang), dan CSI 300 (China), yang menguat 1,66%, 0,87%, 0,64%, 0,41%, 0,28%, 0,07%, 0,03%, dan 0,02%.

Dari dalam negeri, IHSG terseret sentimen dari janji Presiden AS Donald Trump yang mengenakan tarif pada semua impor baja dan aluminium sebagai tambahan dari masih gelisahnya tentang perang dagang.

Trump mengatakan tarif perdagangan logam akan berlaku untuk impor dari semua negara, meski ia tidak menyebutkan kapan tarif tersebut akan berlaku.

“Pasar terus bereaksi terhadap perubahan kebijakan Trump daripada data ekonomi,” tulis Bob Savage, Kepala Strategi dan Wawasan Pasar di BNY, dalam catatannya, seperti yang diwartakan Bloomberg News.

Tim Research Phillip Sekuritas memaparkan, Presiden AS Donald Trump mengumumkan rencananya untuk mengenakan tarif timbal balik pada mitra dagang.

“Sebuah langkah yang dapat menyebabkan peningkatan tarif secara menyeluruh untuk menyamai tarif yang dikenakan oleh AS,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.

Analis Phintraco Sekuritas menyebut, peningkatan uncertainty risk global di atas berpotensi memicu capital outflow lanjutan dari Pasar Modal Indonesia.

Selain itu, ada kekhawatiran inflasi AS akan kembali bangkit menyusul laporan pekerjaan pada pekan lalu yang kuat. Tingkat Pengangguran AS turun jadi 4%, sementara non-Farm Payrolls pada November dan Desember direvisi jadi lebih besar. Di sisi lain, pertumbuhan rata-rata upah per jam juga meningkat pada Januari lalu. 

Kondisi-kondisi tersebut memicu lonjakan inflasi global.

“Kekhawatiran akan tensi tariff dagang yang akan meningkat, data tenaga kerja di US yang kuat mengindikasikan The Fed untuk mempertahankan suku bunga nya, yield obligasi US 10Y terjadi kenaikan,” sebut Panin Sekuritas dalam riset terbarunya pagi ini.

Sentimen-sentimen itu turut mendorong capital outflow investor asing yang masih akan membayangi IHSG.

(fad)

No more pages