Logo Bloomberg Technoz

Arus jual yang membesar di hampir semua aset tersebut, menyeret nilai rupiah terperosok 0,49% sejauh ini ke level Rp16.355/US$.

Tekanan yang melanda pasar domestik hari ini, terutama karena meningkatnya kekhawatiran investor terkait perang tarif. Presiden Trump berniat mengumumkan pengenaan tarif impor sebesar 25% untuk semua impor baja dan alumunium pada Senin waktu setempat atau nanti malam waktu Indonesia Barat. 

Yang membuat pasar makin khawatir adalah, tarif itu akan dikenakan universal alias ke semua negara. Meski Trump belum menyebutkan kapan persisnya bea masuk baru itu akan diberlakukan, akan tetapi kebijakan itu jelas akan berdampak besar karena konsumsi baja negeri adidaya itu cukup besar, mencapai 93 juta ton pada tahun 2023.

Di sisi lain, para investor juga khawatir inflasi AS akan kembali bangkit menyusul laporan pekerjaan pada pekan lalu yang kuat. Tingkat pengangguran AS turun jadi 4%, sementara nonfarm payrolls pada November dan Desember direvisi jadi lebih besar. Di sisi lain, pertumbuhan rata-rata upah per jam juga meningkat pada Januari lalu. 

Kekhawatiran terkait perang dagang Trump juga telah mengerek ekspektasi inflasi AS jadi ke kisaran 4,3% pada bulan lalu. Yield surat utang AS, US Treasury, pada Senin pagi terpantau bergerak naik cukup banyak, mengindikasikan ada tekanan jual yang menekan harganya.

Alhasil, yield spread dengan SUN jadi menyempit tersisa 237 basis poin, dari tadinya berada di kisaran 244 basis poin bahkan sempat di 250 basis poin.

Dana asing membanjir

Apa yang terjadi pada pasar surat utang hari ini, berkebalikan dengan yang terjadi pekan lalu.

Laporan Bank Indonesia mencatat, selama periode transaksi 3-6 Februari pada pekan lalu, investor nonresiden membukukan net buy di SBN sebesar Rp9,14 triliun.

Bahkan pada perdagangan hari Kamis saja, asing memborong Rp9,5 triliun SBN, pembelian oleh investor nonresiden sehari yang terbesar dalam empat bulan terakhir.

Sentimen bullish di pasar SBN kini membawa kepemilikan asing mencapai posisi Rp887,36 triliun sampai 6 Februari lalu, seperti data terakhir yang diumumkan Kementerian Keuangan. Itu menjadi posisi asing yang tertinggi sejak akhir Oktober tahun lalu.

Dalam sebulan terakhir hingga data perdagangan Jumat pekan lalu (7/2/2025), tingkat imbal hasil alias yield tenor 2Y tercatat sudah turun hingga 35 basis poin berdasarkan data Bloomberg.

Sementara tenor 5Y bahkan mencatat penurunan yield lebih besar, mencapai 39,4 basis poin dalam sebulan terakhir. Disusul oleh tenor 10Y yang mencatat penurunan imbal hasil 24,7 basis poin.

Untuk tenor SUN lebih panjang yaitu 15Y, 20Y dan 30Y, penurunan imbal hasil lebih kecil, yakni masing-masing 18,6 basis poin, lalu 10 basis poin dan 5,2 basis poin.

(rui)

No more pages