Berdasarkan data Departemen Perdagangan AS, tiga negara yakni Kanada, Brasil, dan Meksiko adalah tiga sumber utama baja impor Negeri Paman Sam pada 2024.
Kekhawatiran yang meningkat terkait perang tarif tersebut membuat pasar terjerembab di zona merah pada pembukaan Senin pagi ini. Di Asia, mayoritas mata uang melemah. Ringgit memimpin kemerosotan dengan pelemahan 0,51%, won Korsel 0,39%, yen Jepang 0,24%, dolar Singapura 0,18%, yuan offshore 0,12%, dan dolar Hong Kong 0,01%.
Di pasar ekuitas, bursa saham Korea juga merah dengan pelemahan 0,65% untuk indeks Kosdaq dan 0,67% untuk Kospi. Bursa saham yang lain terlihat bersiap juga dibuka anjlok bila mengacu pada pergerakan bursa saham berjangka pagi ini.
Tekanan ketidakpastian baru perihal perang tarif yang tak henti disembur panasnya oleh Trump, akan menjalar ke dalam negeri. Rupiah spot berpotensi makin tertekan bila melihat sentimen global yang negatif.
Sinyal dari pasar offshore sejauh ini menunjukkan tekanan. Rupiah NDF terpantau bergerak di kisaran Rp16.326/US$, sedikit lebih kuat dibanding posisi penutupan pekan lalu di Rp16.356/US$. Namun, level rupiah NDF itu masih lebih lemah dibanding posisi penutupan rupiah spot pekan lalu di Rp16.275/US$.
Pekan ini, Bank Indonesia akan melansir beberapa laporan penting di antaranya hasil Survei Konsumen bulan Januari, lalu Survei Penjualan Ritel serta Survei Penjualan Properti Residensial pada kuartal IV-2024.
Pada Selasa esok, Kementerian Keuangan juga akan menggelar lelang rutin SBSN atau Sukuk Negara dengan target indikatif Rp10 triliun.
Dari pasar global, para pelaku pasar akan mencermati pernyataan Gubernur Federal Reserve, bank sentral AS, Jerome Powell, yang dijadwalkan akan bicara di hadapan Kongres AS untuk membeberkan perkembangan perekonomian semi-annual.
Selain itu, rilis data inflasi Indeks Harga Konsumen (CPI) serta Indeks Harga Produsen (PPI) AS juga akan menjadi perhatian utama pasar.
(rui)