Logo Bloomberg Technoz

Apple pada kebijakan sebelumnya memilih untuk menyerap biaya tersebut daripada membebankannya kepada konsumen. Kini Apple memutuskan apakah mereka akan kembali menanggung biaya atau akan menaikkan harga perangkatnya untuk mengimbangi dampak tarif tersebut.

Menurut Gene Munster, mantan analis dan Managing Partner di Deepwater Asset Management, bagaimana pun kebijakan tarif AS ke China dapat mempengaruhi pendapatan Apple. 

Dalam wawasannya, jika tarif ini berlaku untuk iPhone, maka dapat mengurangi pendapatan Apple secara keseluruhan sebesar 4% dilansir dari Tech Story, Minggu (9/2/2025).

Munster memprediksi bahwa Apple Watch mungkin merupakan produk pertama yang terkena dampak tarif, mengingat Apple Watch juga sebagian besar diproduksi di China.

Meskipun beberapa investor berharap bahwa Apple dapat menerima pengecualian dari tarif ini, hasilnya masih belum pasti.

Jika tesisnya adalah menaikkan harga demi mengimbangi biaya atas tarif baru, Munster memperkirakan bahwa kenaikan harga iPhone sebesar 5%. Sebuah kondisi yang makin menyulitkan keadaan Apple. Akan terjadi penurunan permintaan sebesar 2-3%. Hal ini sangat penting karena iPhone menyumbang sekitar 43% dari total pendapatan Apple.

China diketahui memang tidak lagi menjadi dominan sebagai pusat manufaktur produk Apple. India menjadi wilayah yang diprediksi menjadi pabrik baru, termasuk klaim rencana memproduksi model iPhone Pro. India sebelumnya hanya memproduksi model non-Pro.

Selain itu, Apple juga bersiap untuk memproduksi seri iPhone 17 di India, mengambil keuntungan dari keputusan negara tersebut untuk menghapus biaya impor pada komponen-komponen utama ponsel pintar. 

Dalam sebuah perhitungan dikatakan hanya sekitar 25% dari produksi Apple yang diperkirakan akan berpindah ke India pada akhir tahun ini.


(fik/wep)

No more pages