Selain persoalan SDM, lanjut Jonathan, fokus lain yaitu terkait tekonologi. Karena menurutnya, perkembangan teknologi saat ini sangat agresif dan cepat, dan India merupakan salah satu negara dengan teknologi yang sangat maju.
“Ada beberapa hal dari teknologi yang kita kerjakan, pertama adalah Teleradiologi. Kalau kita di rumah sakit dalam melakukan pengobatan, kita pasti disuruh screening, dan biasanya butuh waktu, dan kalau kita punya Teleradiologi semua kita punya hasil scaning kita kirimkan dulu ke India, di mana pakar-pakar mereka yang sudah melihat volume scan lebih besar lagi, mereka akan memberikan masukan dan menganalisa dan itu akan membantu kita punya dokter dalam mendiagnosa dan pelayanan lebih akurat. Teleradiologi menurut saya bisa jadi game changer, bahwa kita bisa melakukan scan lebih banyak lagi bahkan lebih cepat dan lebih akurat,” kata Jonathan.
Lalu ada Tele-intensive Care Unit (Tele-ICU), Jonathan mengutarakan ini untuk pasien-pasien kritis. Di India, terutama Apollo sudah memiliki 75 rumah sakit dan memiliki command center, sebuah pusat yang bisa mereview semua pasien-pasien ICU di semua rumah sakit.
“Jadi kami berharap dengan pilot project kita lakukan ini, pasien-pasien di ICU bisa mendapatkan pelayanan lebih baik, dan kami berharap mereka bisa lekas pulih dan keluar ke kamar biasa,” tambah Jonathan.
Terkait pengamanan data pasien, Jonathan memastikan akan sangat aman. Dikarenakan, nantinya hanya hasil rontgen penyakitnya yang terkirim ke India.
“Jadi semua data akan saveguard, mereka tidak akan mendapatkan data pasien, mereka hanya melihat gambar saja, dari gambar itu mereka hanya akan melihat penyakitnya. Otomatis dokter kita di Indonesia yang melakukan finalisasinya. Dan untuk Teleradiologi akan dilakukan di semua RS Mayapada. Tapi untuk dokter tadi hanya di Batam,” ujar Jonathan.
Jonathan mengutarakan nilai investasinya sendiri senilai Rp1,5 triliun sampai Rp2 triliun.
“Kita budget kan sekitar Rp1,5 T- Rp2 T untuk di MABIH itu jadi investasi single unit terbesar dalam sejarah kita,” ungkap Jonathan.
Tarik Pasien Singapura dan Malaysia
Jonathan menambahkan kerja sama ini akan menjadi game changer, yang akan meng-upgrade level Mayapada untuk bisa bersaing skala regional.
“Karena target di MABIH ini tidak hanya bisa menurunkan devisa medis yang keluar, tapi kami berharap bisa mendatangkan pasien dari Singapura dan Malaysia untuk bisa berobat di Batam. Karena lokasi itu penting. Kedua, kita mendatangkan dokter terbaik dari India, itu menjadikan standar kita bagus. Karena dokter-dokter di Malaysia dan Singapura itu banyak dari India. Kedua costing akan lebih murah, kita sudah yakin akan memberikan lebih murah dari pada Jakarta, karena dengan benefit dari Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Pasti lebih murah dari Singapura, karena jauh lebih mahal, yang kita harus lihat gimana kita secara costing bisa bersaing dengan Malaysia, karena Malaysia memberikan pelayanan medis bagus dan terjangkau,” ungkap Jonathan.
“Kalau kita bisa tekan cost obat dan pelayanan otomatis cost kepada pasien akan turun, dan itu harus kita pastikan tercapai di KEK ini. Karena memang cost benefit ini adalah menjadi salah satu attractive-nya selain geografis,” tambah Jonathan.

Rencana Bisnis Mayapada Healthcare Group tahun 2025
Jonathan mengutarakan selain MABIH yang baru akan dimulai rekonstruksinya pada 2-3 bulan ke depan, untuk tahun ini Mayapada Healthcare hanya akan mengandalkan pertumbuhan secara internal saja. Karena pihaknya yakin, kebutuhan masyarakat terhadap kesehatan masih sangat tinggi percaya pertumbuhan rumah sakit miliknya akan tetap menarik.
Namun, untuk tahun depan Mayapada Healthcare berencana membangun 3 rumah sakit baru.
"Satu di Batam, lalu tower ketiga ekspansi rumah sakit kita di Jakarta Selatan dan itu akan menjadi rumah sakit terbesar, dan ketiga rumah sakit Mayapada di Jakarta Timur itu pekerjaan yang dimulai tahun lalu, kami berharap tiga proyek ini bisa selesai akhir tahun depan” tutup Jonathan.
(spt)