Logo Bloomberg Technoz

Seperti yang diwartakan Bloomberg News, pasar tengah menanti laporan ketenagakerjaan non-Farm Payrolls AS yang akan dirilis Jumat malam nanti. Data tersebut diperkirakan menunjukkan tambahan 175.000 pekerjaan baru dalam perekonomian AS.

Jika hasilnya lebih rendah dari perkiraan, pasar akan memperkirakan pemangkasan suku bunga lebih lanjut oleh The Fed. Sebaliknya, jika angkanya lebih tinggi, maka ekspektasi pemangkasan suku bunga bisa melemah.

Tingkat Suku Bunga The Fed (Bloomberg)

“Laporan ketenagakerjaan pada Jumat ini sangat penting bagi pasar. Jika hasilnya sesuai dengan ekspektasi, pasar akan tetap stabil di tengah ketidakpastian terkait kebijakan tarif dan kebijakan lainnya,” kata Tom Essaye dari The Sevens Report.

“Namun, jika hasilnya jauh dari ekspektasi, itu bisa menjadi tekanan tambahan bagi aset berisiko dan menekan saham.”

Gubernur The Fed, Jerome Powell, pekan lalu menyatakan, para pejabat masih ingin melihat inflasi bergerak ke arah yang diharapkan sebelum mempertimbangkan pemangkasan suku bunga acuan lanjutan di 2025.

Masih dari data Ekonomi AS, semalam, investor disuguhi oleh data yang memberi sinyal campur aduk.

Klaim Pengangguran AS terbaru, melampaui ekspektasi pasar dengan angka mencapai 219.000 klaim. Klaim lanjutan juga lebih tinggi, mencapai 1,88 juta pengajuan Pengangguran.

Sebelumnya, ISM Service Index dilaporkan lebih kecil ketimbang ekspektasi di angka 52,8, turun dibanding Desember lalu di 54,1.  

Pasar juga masih terbebani ketidakpastian seputar perang dagang dari tarif AS dengan negara-negara lain, terutama dengan China yang sampai hari ini belum memperlihatkan kemajuan negosiasi.

Tim Research Phillip Sekuritas memaparkan, rilis tersebut muncul menjelang rilis lapangan kerja bulanan di mana investor mencari petunjuk mengenai kebijakan suku bunga The Fed di tengah risiko kenaikan inflasi.

“Investor memperkirakan The Fed tidak akan melakukan tindakan terhadap suku bunga dalam pertemuan berikutnya pada bulan Maret, tetapi pemangkasan suku bunga diantisipasi pada bulan Juni mendatang, menurut FedWatch CME,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.

Analis Phintraco Sekuritas menyebut, Presiden AS, Donald Trump dikabarkan memerintahkan U.S. Treasury Secretary, Scott Bessent untuk menurunkan 10-Year Bond Yield di AS tanpa perlu pemangkasan suku bunga acuan The Fed.

Hal ini memicu kekhawatiran terjadinya pengetatan likuiditas di AS. Bagi Indonesia, disamping pengetatan likuiditas, kondisi ini berpotensi memicu rotasi ke obligasi jangka panjang, khususnya obligasi Pemerintah Indonesia karena berpotensi menawarkan return yang lebih menarik ketika dibandingkan dengan U.S. Treasury Bonds.

Imbal hasil surat utang negara RI vs surat utang Treasury AS (Riset Bloomberg Technoz)

“Dengan demikian, perkembangan kabar atau rumor di atas perlu dicermati perkembangan kedepannya. Realisasi hal tersebut akan berdampak negatif pada pasar saham di Indonesia,” mengutip riset Phintraco.

Dengan demikian, IHSG dikhawatirkan masih akan bergerak di bawah level psikologis 7.000 pada akhir pekan ini. Pelemahan mungkin akan mulai terbatas, mengingat terbentuk long lower-shadow dan indikasi oversold pada Stochastic RSI.

IHSG tembus support critical level 6.950. Secara teknikal, pelemahan tersebut merupakan validasi awal dari rectangle sebagai indikasi bearish continuation.

Phintraco memberikan rangkuman rekomendasi saham hari ini meliputi MYOR, MAPI, AMRT, INDF, dan BUKA.

Sementara itu, Analis BRI Danareksa Sekuritas memaparkan, IHSG mulai menembus support 6.931 dan masih berpotensi melanjutkan penurunan ke area support berikutnya di 6.698.

“Selagi arah trend masih Bearish. Resisten sementara di 6.931,” mengutip paparan BRI Danareksa Sekuritas dalam risetnya pada Jumat (7/2/2025).

Bersamaan dengan risetnya, BRI Danareksa memberikan rekomendasi saham hari ini, GJTL, dan MPPA.

(fad)

No more pages