Logo Bloomberg Technoz

Menurut perhitungan Macro Strategist Samuel Sekuritas Lionel Prayadi, aksi beli investor yang terlihat tanpa putus menyerbu SUN terutama tenor 10 tahun telah membuat potensi profit INDOGB-10 tahun semakin menipis. Itu tercermin dari selisih yield antara INDOGB dan US Treasury yang saat ini terpantau hanya sebesar 302 bps. Pemodal asing biasanya memilih melepas obligasi rupiah tenor itu ketika selisih yield dua obligasi negara sampai di bawah 300 bps. 

“Menurut kami, INDOGB tenor 15 saat ini menarik dikoleksi. Dalam sepekan terakhir, yield INDOGB 15-tahun turun sebesar -18 bps menjadi 6,69% setelah mengalami stagnasi berbulan-bulan pada kisaran 6,87%,” tulis analis dalam catatannya, Jumat pagi (12/5/2023).

Stagnasi tersebut terjadi karena yield spread INDOGB 15 dengan 10 tahun sempat tertahan di zona negatif. Nah, saat ini,  yield spread keduanya sudah kembali positif di level 29 bps, yang dekat dengan rata-rata historis satu dekade terakhir sebesar 34 bps. “Kami memprediksi, INDOGB 15-tahun akan mengalami bullish rally hingga akhir tahun,” kata Lionel.

Return 10%

Indonesia terlihat sudah selesai bertarung menjinakkan inflasi tinggi dengan BI7DRR dipastikan akan bertahan di 5,75% sampai akhir tahun ini. Siklus kenaikan bunga acuan di lanskap global dengan Federal Reserve menempatkan bunga acuan di 5,25%, juga sudah membentuk lingkaran sempurna. Ini adalah sinyal bagi para pemodal untuk sigap memutuskan masuk ke pasar sebelum arah bunga acuan semakin turun pada tahun-tahun mendatang. 

“Kita perlu melihat jangan hanya tahun ini saja, di mana kita hadapi short cycle. Sedangkan trajektori bunga acuan Fed ke depan adalah 4,25% bahkan di bawah itu dan berlanjut 3,75% pada 2025. Jadi, puncaknya tahun ini lalu terus merendah ke depan. Bagi investor yang ingin mencari imbal hasil atau yield bagus, sekaranglah saat yang tepat untuk masuk ke pasar obligasi,” papar Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro, awal pekan ini.

Selain sentimen puncak bunga acuan baik di ranah domestik maupun global yang akan mendongkrak pamor obligasi rupiah, menurut data histori, obligasi Indonesia juga terbukti selalu mencetak kinerja mengesankan setiap kali pecah isu debt ceiling alias batas pagu utang Amerika.

Berdasarkan analisis Bloomberg, obligasi rupiah mencatat kinerja mengesankan di tengah volatilitas pasar obligasi global pada 2011 dan 2013 silam yang terpicu oleh krisis isu batas pagu utang alias debt ceiling Amerika Serikat. 

Performa obligasi rupiah bahkan mengungguli kinerja obligasi pemerintah AS (US Treasury) yang selama ini dinilai sebagai aset kelas dunia. US Treasury justru mencatat kinerja lebih buruk pada periode-periode tersebut.

Performa obligasi rupiah secara historis menjadi yang terbaik setiap kali ada polemik batas pagu utang AS (Bloomberg)

Polemik debt ceiling atau ambang batas utang menghadapkan Amerika, negara dengan ukuran ekonomi terbesar di dunia itu, pada ancaman gagal bayar alias default bila batas pagu utang gagal dinaikkan sebelum 1 Juni nanti. 

Mengacu pada data yang dikompilasi oleh Bloomberg, obligasi rupiah mengungguli performa obligasi negara Asia dalam kelompok emerging market, juga US Treasury dalam tiga periode selama volatilitas pasar meningkat akibat isu debt ceiling. Itu termasuk tiga bulan hingga April 2011, ketika S&P Global Rating memangkas outlook surat utang pemerintah AS dari skor tertinggi.

Obligasi rupiah memberikan imbal hasil 15% pada periode-periode tersebut, melampaui return US Treasury sebesar 4%, berdasarkan data yang dikompilasi oleh Bloomberg.

Hal yang sama juga terjadi saat Agustus 2011, ketika S&P pertama kali menurunkan rating US Treasury dari singgasana AAA dan pada 2013 ketika pembicaraan seputar anggaran utang memberati sepanjang tahun itu. Obligasi rupiah mencatat return 8% selama tiga periode tersebut, tertinggi dibandingkan obligasi negara emerging market di Asia lain dan melampaui return US Treasury yang tercatat 3% pada periode yang sama.

Sepanjang 2023, obligasi rupiah telah memberikan keuntungan 10% bagi pemodal asing, menjadikannya sebagai obligasi terbaik di emerging market Asia. Dengan histori performa yang melejit di tengah isu debt ceiling, ditambah sudah tercapainya puncak bunga, kali ini memungkinkan terjadi hal yang serupa di mana obligasi rupiah akan kembali membuktikan performa terbaiknya kesekian kali.

(rui)

No more pages