Insiden yang menimpa BSI, lanjut Alfons, tentu saja mendatangkan masalah bagi BSI dan pelanggannya. Ia mendorong untuk BSI terbuka dan meminta bantuan pihak lain apabila masalahnya, belum juga terpecahkan.
“Harusnya segera diinformasikan terbuka saja, apa masalahnya dan jika membutuhkan bantuan pihak lain saya rasa semua akan membantu dengan senang hati,” tegas Alfons.
Ia menyarankan agar BSI bisa meminta bantuan dari bank lain untuk mengatasi masalah database transaksi terenkripsi yang hilang untuk jangka waktu tertentu.
“Misalnya, database transaksi terenkripsi dan hilang untuk jangka waktu tertentu. Ini bisa kok minta bantuan teman-teman bank lain untuk memberikan data transaksi ke BSI," ucapnya.
Kemudian, apabila aplikasi yang bermasalah maka BSI juga harus segera carikan sistem atau hardware pengganti. Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kata Alfons, juga bisa ikut andil dalam mengatasi masalah yang dihadapi BSI.
"Kita ramai-ramai mendukung dan industri perbankan membantu BSI, OJK bisa membantu dengan meminta bank lain memberikan informasi, transaksi apa saja yang terjadi dengan BSI selama periode data yang hilang atau rusak atau terenkripsi tersebut," ujar Alfons.
Alfons berharap layanan perbankan BSI segera pulih agar masyarakat yang menjadi nasabah mereka bisa kembali menikmati fitur-fitur perbankan, baik internet banking, m-banking, ataupun di kantor cabang.
(wep)