Manajemen risiko yang tinggi juga diterapkan oleh perseroan untuk memastikan proyek yang telah dibiayai tersebut dapat beroperasi secara komersial, serta memiliki kontrak kerja yang jelas.

Secara spesifik, mitigasi risiko yang diterapkan perseroan terhadap proyek tersebut diantaranya hilirisasi mineral perlu dipastikan kecukupan dari supply bahan baku dan juga kesediaan hasil dari pengolahan mineral tersebut setelah proyek berproduksi.

Sebelumnya, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia meminta kepada bank lokal untuk turut membantu pembiayaan proyek-proyek hilirisasi, seperti pembangunan smelter, yang kini didominasi dibiayai oleh perbankan asing.

Permintaan tersebut dilayangkan sebab nilai tambah atau keuntungan yang dihasilkan dari proyek-proyek hilirisasi tersebut tidak memberikan manfaat maksimal ke Indonesia.

“Selama ini kan banyak para pakar mengatakan bahwa hilirisasi itu bagus, tetapi manfaat nilai tambahnya tidak dirasakan oleh Indonesia secara maksimal, sebagian besar malah dinikmati oleh asing,” kata Bahlil.

(dhf)