Bloomberg Technoz, Jakarta - Managing Director OCBC NISP Ventura, Darryl Ratulangi menilai bahwa potensi penggabungan dua entitas bisnis layanan jasa transportasi online dan pengantaran makanan/minuman atau on-demand service (ODS) mampu meningkatkan valuasi pasar perusahaan.
Pertumbuhan valuasi didasari atas posisi Grab dan GOTO (Gojek dan GoTo Financial) yang mendominasi pasar di kawasan ASEAN. Meski begitu Darryl menegaskan bahwa pihaknya memang tidak memiliki posisi khusus dan tidak secara mendalam mengikuti perkembangan tersebut.
Meski kabar ini baru sebatas diskusi dengan target kesepakatan tuntas tahun 2025, rencana merger juga akan memberikan dampak positif secara keseluruhan. Patut dicatat, dalam setiap proses merger, dampak positif atau negatifnya akan sangat bergantung pada harga kesepakatan.
"Iya akhirnya kalau mereka bergabung [merger] ya mereka akan mendominasi pasar gitu kan, semakin mereka mendominasi pasar harusnya valuasi mereka naik dan semakin bagus," ungkapnya ketika ditemui di Midplaza, Jakarta, Rabu (5/2/2025).
Mengomentari lebih jauh atas potensi bersatunya Grab dan GoTo, Darryl menerangkan bahwa aksi korporasi merger dan atau negosiasi adalah hal yang lumrah di dunia bisnis global, meskipun mungkin masih terbilang baru di Indonesia.
"Merger dan negosiasi itu kan sesuatu hal yang sangat normal di dunia lah, mungkin di Indonesia baru-baru ini," terang dia.
Namun jika berpedoman pada iklim persaingan usaha secara sehat, wacana merger Grab-GOTO tentu tidak menguntungkan konsumen karena "kalau lebih banyak opsi tuh secara harga biasanya lebih kompetitif."
Diketahui pembicaraan merger kedua grup bisnis ride-hailing and food delivery service ini merupakan langkah tepat demi mengakhiri derita kerugian perusahaan. Pasalnya tekanan persaingan akan reda, biaya yang ditimbulkan akan hal tersebut juga berkurang.
Selasa (4/2/2025) kemarin Bloomberg News mengabarkan bahwa Grab tengah mempertimbangkan untuk mengakuisisi GoTo Group, dengan valuasi lebih dari US$7 miliar atau sekira Rp118,67 triliun.
Startup asal Singapura ini ingin mempercepat pembicaraan untuk menggabungkan diri untuk mengakhiri kerugian yang dialami selama bertahun-tahun di pasar teknologi yang kompetitif di Asia Tenggara.
Menurut narasumber yang mengetahui rencana tersebut, salah satu skenario yang sedang dibahas ialah pembelian seluruh saham GoTo Group dengan harga lebih dari Rp100 per saham. Harga ini premium mengingat harga saham GOTO saat ini ada di level Rp87/saham.
Setelahnya GOTO membuat pernyataan rilis bantahan terkait rencana merger. "Perseroan mencatat bahwa berita yang sama juga beredar dari waktu ke waktu di masa lampau dalam beberapa tahun terakhir dan berita-berita tersebut adalah berdasarkan spekulasi," terang Sekretaris perusahaan GoTo, R A Koesoemohadiani.
Bedah Prospek Bisnis Grab

Bisnis Grab berada di tren perbaikan kinerja keuangan dengan laju peningkatan laba perusahaan. Prospeknya dinilai sejumlah analis akan terus berlanjut. Estimiasi laba operasional kuartal terakhir perusahaan akan US$6,5 juta, menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg, dibandingkan dengan kerugian US$38 juta pada tiga bulan sebelumnya.
“Kami percaya pertumbuhan sekuler, pangsa pasar dan skala yang memimpin akan mendorong profitabilitas yang signifikan bagi Grab dari waktu ke waktu, seperti halnya yang terjadi pada Uber secara global,” tulis para analis Evercore ISI International Ltd, termasuk Mark Mahaney, dalam sebuah catatan, dilaporkan Bloomberg News bulan Desember.
Kekuatan perusahaan yang terus berlanjut dalam layanan inti, dipasangkan dengan eskalasi pertumbuhan bank digitalnya, akan membangun momentum di kuartal keempat, kata analis Maybank Securities, Hussaini Saifee.
Keunggulan skala Grab, yang tidak dimiliki oleh pemain-pemain yang lebih kecil, telah membantunya mengeluarkan lebih sedikit biaya untuk memberikan insentif kepada pelanggan dan mendapatkan peluang pendapatan bagi para pengemudinya, kata para analis.
(wep)