Hal ini diperparah dengan maraknya kasus penipuan pre-order iPhone yang merugikan konsumen hingga miliaran rupiah. "Maraknya kasus penipuan yang memang dia beli iPhone pre-order yang kemudian ditipu sekian miliar kerugiannya."
Pemerintah Indonesia tetap teguh pada regulasi TKDN dengan tujuan menarik lebih banyak investasi global. Namun, pendekatan yang dilakukan masih menjadi perdebatan.
Beberapa pihak merasa bahwa pemerintah seharusnya lebih fleksibel dalam bernegosiasi dengan Apple, terutama karena negara lain seperti Vietnam berhasil menarik Apple untuk berinvestasi dalam skala besar.
"Di Vietnam, Apple berinvestasi ratusan triliun, sementara di Indonesia 1,6 triliun itu pun sudah kita tagih-tagih terus," terang Nailul Huda, Ekonom Center of Economics and Law Studies (Celios).
Meski demikian, Apple tampaknya masih mempertahankan pendekatan yang lebih eksklusif. Tidak seperti produsen Android yang lebih fleksibel dalam menggunakan komponen lokal, Apple memiliki standar ketat untuk rantai pasokannya.
"Apple harus membawa satu gerbong untuk menjaga build quality mereka," jelas Huda.
Hal ini membuat banyak pengguna iPhone di Indonesia merasa seakan-akan dianaktirikan dibandingkan negara lain yang memiliki akses penuh terhadap ekosistem Apple, termasuk Apple Store resmi dan layanan Apple Wallet yang masih belum bisa digunakan secara maksimal di Indonesia.
"Saya tuh nggak bisa masukin kartu kredit ke Apple Wallet karena izin nggak ada dari Bank Indonesia," kata Ibro.
Akankah Apple Menyerah?
Meskipun iPhone 16 tidak bisa dijual secara resmi di Indonesia, permintaan terhadap produk Apple tetap tinggi. Pengguna iPhone yang sudah berada dalam ekosistem Apple sulit untuk beralih ke merek lain. Seperti yang dijelaskan dalam podcast TechnoZone, pengguna iPhone memiliki loyalitas tinggi, baik karena faktor emosional maupun teknis.
"Pengguna iPhone itu susah untuk pindah... Apple ekosistem itu bikin susah keluar," tegas Ibro.
Di sisi lain, keputusan pemerintah untuk tetap berpegang pada aturan TKDN bisa berdampak pada meningkatnya pasar gelap (black market). Banyak pihak yang tetap mencari cara untuk mendapatkan iPhone 16, baik melalui jalur impor pribadi atau pembelian melalui reseller tidak resmi.
Jika tidak ada titik temu antara Apple dan pemerintah, masa depan penjualan iPhone di Indonesia bisa semakin tidak pasti. Hal ini bisa berdampak pada menurunnya daya tarik Indonesia sebagai pasar potensial bagi perusahaan teknologi besar lainnya.
"Kita nggak bisa langsung minta Apple membangun manufaktur di Indonesia, tapi kita juga harus menyiapkan ekosistem industri dalam negeri yang lebih baik," kata Huda.
Apakah Indonesia akan kehilangan daya tariknya sebagai pasar potensial bagi Apple? Atau justru Apple akan mengubah strategi dan berinvestasi lebih dalam? Semua itu masih menjadi misteri besar yang akan menentukan masa depan pasar gadget di Indonesia.
Saksikan video Bloomberg Technoz Podcast - TechnoZone yang bertajuk "Ini Indonesia Bos, Siapa Butuh Apple iPhone 16?" di Bloombergtechnoz.com bersama Host Pandu Sastrowardoyo, Co-Host Whery Enggo Prayogi dan Narasumber Nailul Huda, Ekonom Center of Economics and Law Studies (Celios) dan Ibro Kumar Tech Reviewer.
(red/wep)

































