Logo Bloomberg Technoz

Bank sentral Korsel atau Bank of Korea (BOK) telah lama berjuang mengendalikan inflasi pasca-pandemi sebelum akhirnya melonggarkan kebijakan pada Oktober 2024 karena tanda-tanda perlambatan ekonomi. Dengan kebijakan moneter yang semakin longgar, BOK diperkirakan akan melakukan pemangkasan suku bunga untuk ketiga kalinya dalam siklus ini pada pertemuan akhir bulan ini.

Pada Januari lalu, BOK masih mempertahankan suku bunga sambil mengevaluasi dampak dua pemotongan berturut-turut yang dilakukan pada akhir 2024. Namun, gejolak politik akibat pemakzulan Presiden Yoon Suk Yeol setelah pemberlakuan darurat militer singkat serta kebijakan tarif Trump yang mengancam perdagangan global, semakin meningkatkan ketidakpastian ekonomi.

Selain faktor eksternal, lemahnya konsumsi domestik juga menjadi perhatian utama. Kecelakaan pesawat tragis pada Desember lalu, yang menewaskan 179 dari 181 penumpang, memperburuk sentimen konsumen.

Untuk meningkatkan konsumsi, Presiden sementara Choi Sang-mok mengumumkan hari libur nasional tambahan pada akhir Januari. Kebijakan ini muncul setelah keyakinan konsumen Korsel turun drastis di Desember, mencatat penurunan terdalam sejak pandemi COVID-19. Sementara itu, data terbaru menunjukkan bahwa penjualan ritel Korsel turun ke level terendah dalam 21 tahun pada 2024.

Penjualan ritel Korsel. (Sumber: Bloomberg)

Banyak ekonom berpendapat bahwa lemahnya belanja masyarakat, perlambatan ekspor, dan ketidakstabilan politik akan mendorong BOK untuk mempercepat pelonggaran kebijakan moneter tahun ini. Selain itu, kebijakan bank sentral global, termasuk bank sentral AS atau Federal Reserve AS (The Fed), juga akan mempengaruhi keputusan BOK dalam beberapa bulan mendatang.

Di sisi lain, melemahnya nilai tukar won semakin menambah tantangan bagi bank sentral. Setelah menutup 2024 sebagai salah satu mata uang dengan kinerja terburuk di dunia, won Korea masih berada di bawah tekanan, terutama akibat ancaman tarif baru dari pemerintahan Trump.

Pelemahan mata uang ini menjadi dilema bagi BOK, karena pemotongan suku bunga yang lebih agresif dapat semakin melemahkan won, yang dapat mendorong kenaikan inflasi lebih lanjut.

Dalam risalah pertemuan kebijakan bulan lalu, beberapa anggota dewan BOK mengungkapkan kekhawatiran bahwa pemangkasan suku bunga ketiga secara beruntun dapat semakin melemahkan mata uang negara itu. Meskipun begitu, enam dari tujuh anggota dewan, kecuali Gubernur Rhee Chang-yong, menyatakan kesiapan mereka untuk memangkas suku bunga dalam tiga bulan ke depan.

Berdasarkan laporan Rabu, kenaikan inflasi didorong oleh sektor pertanian dan energi. Harga produk pertanian naik 1,9% dibandingkan tahun sebelumnya, dengan harga sayuran melonjak 4,4%. Biaya listrik, gas, dan air meningkat 3,1%. Biaya transportasi naik 3,3%, sementara harga hiburan dan rekreasi meningkat 2,1%.

"Kenaikan ini tidak akan menghalangi bank sentral untuk memangkas suku bunga bulan ini. Permintaan domestik masih lemah, dan ini mengimbangi tekanan inflasi akibat kenaikan harga bensin, sehingga kami melihat inflasi masih terkendali," kata Hyosung Kwon, ekonom dari Bloomberg Economics.

Selama pandemi, Korsel meluncurkan berbagai program stimulus untuk menopang pertumbuhan ekonomi, yang sempat memicu lonjakan inflasi dan kebijakan moneter ketat.

Semua anggota dewan bank kecuali Rhee bulan lalu mengatakan mereka terbuka terhadap penurunan suku bunga dalam tiga bulan ke depan karena kekhawatiran terhadap ekonomi. Rhee tidak mengungkapkan pandangannya.

(bbn)

No more pages