Febri juga tak menampik Indonesia perlu mendorong kebijakan-kebijakan yang strategis dan pro-bisnis agar para pelaku industri manufaktur di Indonesia semakin berkinerja gemilang. Apalagi, selama ini sektor industri manufaktur menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi nasional.
“Para pelaku industri penerima HGBT, banyak yang mengapresiasi kebijakan Presiden Prabowo terkait perpanjangan program HGBT. Sementara itu, realisasi pencabutan kebijakan relaksasi impor
masih ditunggu para pelaku industri,” tegas dia.
Aktivitas industri manufaktur RI pada awal 2025 memang terbilang menunjukkan tren yang positif, tecermin dari (PMI) Manufaktur Indonesia yang dirilis oleh S&P Global.
Dalam laporan tersebut, PMI manufaktur Indonesia untuk bulan Januari berada pada level 51,9 atau naik 0,7 poin dari capaian bulan sebelumnya di angka 51,2, sekaligus menjadi yang tertinggi sejak Maret 2024 atau 10 bulan terakhir.
Sebagai catatan, PMI di atas 50 menandakan aktivitas sedang berada di fase ekspansi, bukan kontraksi.
Laporan tersebut juga mengatakan, dengan tingginya aktivitas produksi ini, sejumlah perusahaan memutuskan untuk melakukan perekrutan pada bulan Januari, menambahkan jumlah tenaga kerja mereka selama dua bulan berjalan.
“Ini membuktikan bahwa apabila aktivitas industri bergeliat, akan membawa dampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja," kata Febri.
(ain)































