Tim Research Phillip Sekuritas Indonesia memaparkan, inflasi pada tingkat konsumen (Consumer Price Index/CPI) Tiongkok naik dengan laju yang lebih lambat. Deflasi pada tingkat produsen (PPI) semakin dalam, mengindikasikan mungkin dibutuhkan paket stimulus ekonomi untuk menopang pemulihan ekonomi pasca Covid-19.
CPI naik 0,1% secara tahunan pada April, terendah sejak Februari 2021. Angka ini melambat dari kenaikan sebelumnya, 0,7% pada Maret, dan lebih rendah dari estimasi kenaikan 0,4%. Inflasi Inti (Core CPI) naik 0,7% atau sama dengan kenaikan pada Maret.
PPI turun 3,6% secara tahunan pada April, tercepat sejak Mei 2020 menyusul penurunan 2,5% pada bulan sebelumnya. Hal ini memperpanjang rangkaian penurunan menjadi tujuh bulan beruntun.
“Data CPI dan PPI bulan April ini menggambarkan betapa sulitnya menghidupkan kembali mesin ekonomi Tiongkok setelah pembatalan kebijakan anti Covid bulan Desember lalu. Data CPI dan PPI ini juga dapat meningkatkan tekanan atas bank sentral Tiongkok (PBOC) untuk memangkas suku bunga atau menyuntikkan likuiditas ke dalam sistem keuangan,” jelasnya.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG ditutup terkoreksi pada level 6.757 disertai munculnya volume penjualan. Koreksi dari IHSG pun telah menembus dari support yang berada di 6.735.
“Selama IHSG masih bergerak di atas 6,544 sebagai support krusialnya, maka IHSG masih berpeluang berbalik menguat,” dikutip dari riset yang diterbitkan oleh Herditya pada Jumat (12/5/2023).
Herditya merekomendasikan saham-saham berikut, BBTN, INDF, ISAT, dan PTRO.
Analis CGS-CIMB Sekuritas memaparkan, pada perdagangan kemarin IHSG ditutup melemah. Dengan investor asing mencatatkan net sell sebesar Rp570 miliar di reguler market.
Melihat hal tersebut, CGS-CIMB memperkirakan IHSG berpotensi bergerak sideways cenderung melemah pada hari ini, dengan resistance 6.780 - 6.800, dan support 6.700 - 6.670. Dengan saham rekomendasinya ialah BRMS, CTRA, BRIS, BIRD, SIDO dan MDKA.
(fad/wep)