Logo Bloomberg Technoz

Namun, salah satu ketidakpastian terbesar adalah bagaimana ekonomi AS, yang masih tangguh, akan menghadapi dampak perang dagang jika benar-benar terjadi. Kekhawatiran ini tercermin dalam pasar obligasi, di mana imbal hasil obligasi AS bertenor pendek naik, sementara yang berjangka panjang bergerak ke arah sebaliknya.

“Meski kami percaya bahwa tarif lebih banyak digunakan sebagai strategi negosiasi oleh Trump, sulit untuk memprediksi apakah kebijakan ini akan berlangsung singkat atau ada kemungkinan kesepakatan yang bisa mengurangi tarif,” ujar Yung-Yu Ma dari BMO Wealth Management.

Indeks S&P 500 melemah 0,8%, sementara Nasdaq 100 juga turun 0,8%. Indeks "Magnificent Seven"—yang mencakup saham teknologi raksasa—anjlok 1,7%. Sementara itu, indeks saham perusahaan China yang terdaftar di AS memangkas kerugiannya, tetapi tetap turun 0,5%.

Bloomberg Dollar Spot Index naik 0,2% pada Senin setelah sebelumnya melonjak hingga 1,3%, mencatat kenaikan intraday terbesar sejak pemilu AS. Imbal hasil obligasi 10 tahun AS tidak banyak berubah di 4,53%. Harga minyak memangkas kenaikan sebelumnya, sementara emas turun dari level tertinggi intraday.

Grafik pergerakan dolar di Bloomberg Dollar Spot Index. (Sumber: Bloomberg)

Menurut David Lefkowitz dari UBS Global Wealth Management, meski pengumuman tarif bisa menimbulkan volatilitas, ia yakin pemerintahan Trump tidak akan mengambil langkah yang secara signifikan merugikan pertumbuhan ekonomi atau laba perusahaan.

Keith Lerner dan Michael Skordeles dari Truist Advisory Services menambahkan, “Kami meragukan bahwa tarif terhadap Kanada dan Meksiko akan berlangsung lama, jika benar-benar diterapkan. Namun, hingga ada kepastian mengenai durasi dan dampak tarif ini, ketidakpastian akan terus membayangi rantai pasok dan harga bagi banyak perusahaan di Amerika Utara.”

David Kelly dari J.P. Morgan Asset Management memperingatkan bahwa investor sepatutnya waspada terhadap potensi perang dagang, yang dapat memicu stagflasi—situasi di mana inflasi dan suku bunga naik, sementara pertumbuhan ekonomi dan laba perusahaan melambat.

Goldman Sachs Group Inc memperkirakan ada risiko penurunan 5% dalam pasar saham AS dalam beberapa bulan mendatang akibat dampak tarif terhadap proyeksi laba perusahaan.

“Pengumuman ini mengejutkan banyak investor yang mengira tarif hanya akan diberlakukan jika negosiasi dagang gagal,” tulis David Kostin, kepala strategi di Goldman Sachs, dalam sebuah catatan. “Para ekonom kami melihat prospek yang masih belum jelas, tetapi kemungkinan besar tarif terhadap Kanada dan Meksiko hanya bersifat sementara.”

Kostin juga menambahkan bahwa jika tarif ini berlanjut, proyeksi laba S&P 500 bisa turun sekitar 2%-3%, belum termasuk dampak dari pengetatan kondisi keuangan lebih lanjut atau perubahan dalam perilaku konsumen dan perusahaan. Ia memperingatkan bahwa valuasi S&P 500 dapat turun sekitar 5% dalam waktu dekat akibat tekanan terhadap laba dan valuasi ekuitas.

Data dari divisi prime brokerage Goldman Sachs menunjukkan bahwa hedge fund telah menjual saham AS selama lima minggu berturut-turut, di tengah kekhawatiran akan ancaman kecerdasan buatan (AI) China melalui DeepSeek serta janji Trump untuk mengenakan tarif tinggi terhadap mitra dagang utama AS. Hedge fund meningkatkan penjualan saham individu secara short selling dan menjual produk makro dalam jumlah besar.

Namun, investor ritel tampaknya masih percaya bahwa Trump tidak akan mengambil risiko merugikan ekonomi dan pasar saham. Kelompok ini justru mengalirkan dana sebesar US$2,1 miliar ke saham AS pada Jumat lalu, menurut analisis Emma Wu, ahli strategi kuantitatif dan derivatif di JPMorgan Chase & Co. Aliran dana sebesar itu hanya terjadi sembilan kali dalam tiga tahun terakhir, dengan lima di antaranya sudah terjadi pada 2025 ini.

(bbn)

No more pages