“Malah jika GoPay gabung GTF maka makin kuat GTF-nya. Ada GoPay dan layanan keuangan milik GoTo Group. Lebih terbentuk ekosistemnya," tutup Nailul.
Pendapat lain datang dari Alfons Tanujaya, yang menyebut keputusan memisahkan aplikasi GoPay dengan Gojek akan menguntungkan dalam jangka panjang.
"Kelihatannya memang sebaiknya dipisah. Kalau tidak dipisah malah akan menyulitkan bagi kedua entitas untuk bergerak," tutur Alfons dalam pernyataan tertulisnya kepada Bloomberg Technoz.
Bagi Alfons, manajemen Gojek mengalami kesulitan dalam memenuhi persyaratan dari regulator lembaga finansial yang memang cukup ketat.
"Jadi nanti manajemen Gojek yang notabene bukan bidangnya di finansial, semuanya harus ikut memenuhi standar yang ditetapkan oleh regulator keuangan, seperti OJK [Otoritas Jasa Keuangan], BI [Bank Indonesia], atau lainnya," sambungnya.
Saat pemisahan terjadi, keduanya bisa menjadi lebih leluasa dalam mengembangkan bisnisnya di bidang masing-masing, dan Gojek pun tak akan terbebani dengan regulasi finansial yang sebenarnya ditunjukan kepada GoPay.
"Kalau dipisah secara bisnis, Gojek bisa lebih leluasa dan GoPay tetap bisa melakukan aktivitas bisnisnya seperti biasa," tegasnya.
Alfons menilai, apabila GoPay dan Gojek sama-sama memiliki komitmen yang kuat maka keduanya tidak akan mengalami perubahan yang signifikan dari sisi bisnis. Pemisahan juga justru bisa datangkan hal baik dari segi bisnis.
"Harusnya bukan dampak buruk, tapi malah dampak baik karena gerak Gojek jadi lebih leluasa melakukan aktivitas bisnisnya," tutupnya.
(wep/wdh)