Bloomberg Technoz, Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan sebanyak 67% pemanfaatan gas bumi Indonesia sudah difokuskan untuk kebutuhan pasar domestik, dan hanya 33% untuk diekspor.
Realisasi ekspor gas bumi sepanjang tahun lalu tercatat sebanyak 1.905 billion british thermal unit per day (bbtud), sedangkan untuk serapan domestik sjumlah 3.881 bbtud. Adapun, total gas bumi yang termanfaatkan mencapai 5.786 bbtud.
Menurut data realisasi kinerja sektor ESDM periode 2024 yang diumumkan Senin (3/2/2025) oleh Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, sebanyak 1.357 bbtud gas yang diekspor Indonesia pada 2024 merupakan gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG).
Angka tersebut setara dengan 71% dari total gas bumi yang dikapalkan Indonesia ke luar negeri tahun lalu.

Adapun, perincian serapan gas domestik pada 2024 adalah 1.473 bbtud (40%) untuk kebutuhan industri, 707 bbtud (19%) untuk kelistrikan, 695 bbtud (19%) untuk LNG domestik, 690 bbtud (19%) untuk pupuk, 77 bbtud (2%) untuk LPG domestik, 15,48 bbtud untuk gas perkotaan (1%), dan 3,95 bbtud untuk bahan bakar gas.
Pemanafaatan gas bumi untuk ekspor secara kumulatif mengalami kenaikan dari 2023 yang sebanyak 1.794 bbtud menjadi 1.905 bbtud pada 2024.
Sebaliknya, pemanfaatan gas untuk kebutuhan domestik turun dari capaian 4.075 bbtud pada 2023 menjadi 3,881 bbtud pada 2024.

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mensinyalir pemerintah akan menutup keran ekspor gas alam, guna memenuhi kebutuhan dalam negeri yang diproyeksi melonjak dalam 5 tahun ke depan.
Bahlil menyebut kebutuhan gas nasional pada periode 2025—2030 diperkirakan mencapai 1.471 bbtud.
Permintaan gas juga diproyeksikan mengalami kenaikan di setiap regional dengan kebutuhan gas nasional ditaksir menembus 2.659 bbtud pada 2034.
“Menyangkut gas, agar kita tidak defisit terhadap konsumsi, dalam perencanaan kami ke depan, seluruh konsesi gas yang ada di Indonesia akan kami prioritaskan untuk kebutuhan dalam negeri, khususnya untuk energi dan bahan baku hilirisasi,” ujar Bahlil dalam acara Peresmian Proyek Strategis Ketenagalistrikan 18 Provinsi di Sumedang, akhir Januari.
Bahlil menyadari keputusan Indonesia dapat direspons negatif oleh negara lain, yang saat ini sedang berburu sumber pasokan LNG lantaran harganya melambung usai terhentinya transit gas Rusia-Ukraina.
“Saya yakin negara lain akan merasa gimana-gimana, karena kita sekarang orientasinya harus memenuhi kebutuhan dalam negeri. Kalau kita belum cukup, kami belum mengizinkan ekspor. Kalau kebutuhan dalam negeri sudah cukup, baru kita akan melakukan ekspor.”
(wdh)