Namun, rupiah masih diperdagangkan dalam bentuk kontrak forward (Non Deliverable Forward) di pasar offshore atau mancanegara. Perdagangan rupiah NDF masih berlangsung sampai Sabtu dini hari tadi atau sampai penutupan bursa New York pada Jumat sore waktu setempat.
Mengacu data Bloomberg, rupiah NDF tenor 1 bulan ditutup di level Rp16.377/US$. Sedangkan rupiah NDF tenor lebih pendek, yakni 1 minggu, ditutup di kisaran Rp16.330/US$.
Untuk kontrak NDF pasangan valuta USD/IDR tenor 3 bulan, pada Jumat waktu New York ditutup di posisi Rp16.398/US$. Lantas, untuk tenor 6 bulan dan 12 bulan, masing-masing ditutup di posisi Rp16.475/US$ dan Rp16.689/US$.
NonDeliverable Forward alias NDF adalah sebutan yang merujuk pada kontrak derivatif mata uang dua belah pihak untuk mempertukarkan arus kas antara NDF dengan kurs spot yang berlaku. Satu pihak akan membayar pihak lain sebesar selisih yang dihasilkan dari transaksi tersebut.
Melansir Investopedia, perdagangan NDF biasanya ditempuh perusahaan-perusahaan global dan bank investasi sebagai bagian dari strategi lindung nilai alias hedging.
Kontrak NDF bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dari volatilitas mata uang dengan mengambil posisi atas pergerakan yang diantisipasi dalam mata uang pasar negara berkembang. Kebanyakan para 'pemain' di NDF juga adalah bertujuan spekulatif.
Bank Indonesia angkat suara menanggapi kehebohan di media sosial terkait nilai rupiah di mesin pencari Google.
BI memastikan bakal meminta penjelasan kepada Google data yang tidak tepat itu.
"Terkait informasi nilai tukar rupiah terkini, dapat kami sampaikan level nilai tukar USD/IDR Rp 8.100an sebagaimana yang ada di google bukan merupakan level yang seharusnya," ujar Kepala Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso dalam keterangannya, Sabtu (1/2/2025).
"Data Bank Indonesia mencatat kurs Rp16.312 per dolar AS pada tanggal 31 Januari 2025. Kami sedang berkoordinasi dengan pihak Google Indonesia terkait ketidaksesuaian tersebut," kata Ramdan.
(rui/ain)































