Harga beberapa jenis sembako malah terpantau turun. Misalnya harga kedelai biji kering yang rata-ratanya Rp 10.471/kg. Turun tipis 0,73% dari rerata Desember 2024.
Lalu harga bawang merah pada Januari rata-rata adalah Rp 40.675/kg. Minus 9,84% dalam sebulan.
Sedangkan harga daging sapi murni pada Januari rata-ratanya adalah Rp 135.802/kg. Terpangkas 1,23% dari posisi Desember 2024.
Adapun rerata harga tepung terigu curah dan kemasan pada Januari masing-masing adalah Rp 10.152/kg dan Rp 13.134/kg. Turun masing-masing 4,24% dan 2,47% dari posisi bulan lalu.

Inflasi Tahunan Meninggi
Akan tetapi, secara tahunan inflasi Januari diperkirakan terakselerasi. Konsensus Bloomberg yang melibatkan 18 institusi menghasilkan median proyeksi inflasi Januari sebesar 1,87% yoy.
Jika terwujud, maka lebih tinggi ketimbang Desember 2024 yang sebesar 1,57%.
Dibandingkan dengan tahun lalu, harga sejumlah sembako memang tercatat naik. Kenaikannya pun lumayan tinggi.
Harga bawang merah naik 3,94%. Kemudian harga bawang putih bonggol melonjak 10,25%.
Lalu harga cabai merah keriting melesat 15,24%. Harga cabai rawit merah lebih ‘pedas’ dengan kenaikan 43,18%.
Sedangkan harga daging ayam ras naik 2,59%. Adapun harga telur ayam ras bertambah 1,75%.
Harga gula konsumsi dalam setahun membukukan kenaikan 5,09%.
Sementara harga minyak goreng kemasan melesat 15,75%. Lalu harga minyak goreng curah melejit 17,59%.

Daya Beli Masih Lesu?
Meski meninggi, tetapi inflasi masih rendah. Masih berada di batas bawah rentang target Bank Indonesia (BI) yaitu 1,5-3,5% untuk 2025..
Mengutip riset NKHSI Research, laju inflasi yang rendah itu mencerminkan permintaan yang memang masih lemah. BI pun harus menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi 2025 dari 4,8-5,6% menjadi 4,7-5,5%.
Daya beli yang masih tertekan juga tercermin dari inflasi inti. Konsensus Bloomberg yang melibatkan 16 institusi menghasilkan media proyeksi inflasi inti Januari sebesar 2,29% yoy. Hanya sedikit lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 2,26% yoy.
“Inflasi inti di kisaran 2,2% sangat rendah dibandingkan historikalnya. Ini menjadi sinyal daya beli yang masih lemah,” tegas riset Bahana Sekuritas.
(aji)