Oleh sebab itu, kecerdasan buatan alias AI, ungkapnya dapat menjadi pembalik keadaan ekonomi digital Indonesia. Sebagai contoh, ia menyebut DeepSeek yang bisa mengalahkan OpenAI selaku model AI paling laku di Amerika Serikat dengan biaya pengembangan 30% lebih murah.
Meski demikian, Nailul menilai langkah Indonesia terhadap pengembangan digital masih rendah. Hal ini dilihat dari Global Innovation Index RI yang masih kalah dari negara tetangga. Filipina berada di posisi 53, Vietnam 44, Malaysia 33, dan Singapura keempat. Sementara, Indonesia berada di posisi 54.
Di samping itu, beberapa raksasa teknologi juga disoroti enggan berinvestasi di dalam negeri, tetapi berinvestasi di negara tetangga seperti Singapura dan Vietnam. Padahal, Indonesia memiliki penduduk terbanyak se-ASEAN.
Belum lama ini, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan optimisme pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi digital Indonesia. Bahkan menurutnya pada 2030, ekonomi digital Indonesia diproyeksikan mencapai nilai US$360 miliar (sekitar Rp5.880,96 triliun), atau berkontribusi sekitar 40% dari ekonomi digital ASEAN.
Terlebih pada 2024, nilai barang dagangan bruto ekonomi digital Indonesia kata Airlangga adalah sekitar US$90 miliar yaitu sekitar 6% dari PDB saat ini.
"Sebagian besar kontribusi berasal dari sektor-sektor yang digerakkan oleh AI, seperti e-commerce yang menghasilkan 72% kontribusi ekonomi digital Indonesia. Sementara sisanya berasal dari transportasi, makanan, perjalanan online, media online," kata Airlangga dalam acara AI FORWARD: Alibaba Cloud Developer Summit 2025, di Hotel Raffles, Jakarta Selatan, Selasa (21/1/2025).
Untuk mendorong terwujudnya target tersebut, Airlangga menyebut bahwa pemerintah telah menetapkan beberapa strategi kunci untuk mencapai target ekonomi digital, di antaranya:
1. Peningkatan Infrastruktur Digital
Pemerintah mendorong pengembangan pusat data regional, terutama di Jawa Barat dan Batam, dengan memanfaatkan energi hijau serta teknologi pendingin canggih. Pusat data ini diharapkan mendukung kebutuhan AI dan teknologi lainnya.
2. Pengembangan Talenta Digital
Indonesia menargetkan melatih 500.000 individu setiap tahun hingga 2030, dengan fokus pada literasi digital dan keahlian AI. Total kebutuhan talenta digital mencapai 9 juta orang hingga akhir dekade ini.
3. Kolaborasi Regional dan Internasional
Dalam kerangka ASEAN Digital Economy Framework Agreement (DEFA), Indonesia mendorong integrasi digital di kawasan ASEAN, termasuk penerapan QRIS untuk pembayaran lintas negara. Perjanjian ini ditargetkan selesai pada 2025, dengan potensi dampak ekonomi sebesar US$700-US$800 miliar untuk Indonesia.
Secara global, teknologi kecerdasan buatan diproyeksikan menyumbang US$15,7 triliun pada 2030, dengan US$6,6 triliun berasal dari peningkatan produktivitas dan US$9,1 triliun dari konsumsi.
Dengan konsumsi sebagai salah satu pilar utama ekonomi Indonesia, pemanfaatan artificial intelligence menjadi kunci untuk mencapai pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan.
(lav)