Pelemahan rupiah yang berlanjut menjebol level support terdekat berlangsung ketika pasar saham domestik dibuka hijau. IHSG pagi ini naik 0,63% di level 7.119.
Sedangkan di pasar surat utang, momentum bullish memudar terlihat dari tekanan harga obligasi negara utamanya untuk tenor di bawah 7 tahun. Yield SUN 2Y naik ke 6,872%. Tenor 5Y yield-nya naik ke 6,861%. Begitu juga tenor 10Y juga naik ke 6,972%.
Pelemahan rupiah tak sendirian. Di pasar Asia pagi ini, won Korsel memimpin pelemahan sejak pembukaan pasar. Won anjlok 1,69%, disusul ringgit 0,40%, rupiah 0,28%, peso 0,11% dan dolar Singapura 0,07%.
Sedangkan baht masih menguat 0,24%, yen 0,10% dan yuan offshore 0,01%.
Indeks dolar AS pagi ini dibuka menguat lagi sebanyak 0,34% di level 108,16.
Pelaku pasar global masih akan mengambil sikap waspada jelang rilis laporan PCE Amerika nanti malam. Angka inflasi inti PCE akan menjadi salah satu yang paling dicermati karena akan memberi petunjuk bagi penghitungan prospek bunga acuan global ke depan.
Tadi malam, AS merilis pembacaan awal kinerja pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2024, yang mencatat angka 2,3% qtq, lebih rendah dibanding kuartal sebelumnya 3,1%. Angka pembacaan awal itu juga lebih kecil dibanding ekspektasi pasar yang sebenarnya bisa memberi sentimen positif pada pasar.
Ekonomi yang tak sekencang perkiraan, mengimplikasikan potensi inflasi yang kecil, sehingga membuka peluang pelonggaran moneter oleh Federal Reserve. Namun, angka core PCE Price Index pada kuartal terakhir tahun lalu, tercatat 2,5%, lebih tinggi dibanding sebelumnya meski masih sesuai ekspektasi pasar.
Alhasil, ekspektasi terhadap pemangkasan Fed fund rate pada pertemuan (FOMC) Maret nanti, makin pupus dengan probabilitas tinggal 17%, setelah sempat menyentuh 47% sebulan lalu.
Pada saat yang sama, ancaman Presiden AS Donald Trump terhadap penerapan tarif kembali ditebar. Trump menegaskan, kebijakan tarif impor sebesar 25% terhadap Kanada dan Meksiko akan tetap ditempuh dan segera diumumkan.
Hari ini, Bank Indonesia akan menggelar lelang rutin Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Dengan tren yield di pasar yang terus turun, pasca BI rate dipangkas, ada potensi tingkat bunga diskonto SRBI akan kembali digunting dalam lelang nanti.
Pada lelang pekan lalu, animo pasar sangat besar hingga incoming bids menyentuh lebih dari Rp100 triliun. Level bunga diskonto untuk SRBI 12 bulan dimenangkan di level 6,83%, penurunan keempat beruntun.
Kemarin, Kementerian Keuangan RI menggelar lelang Sukuk Negara (SBSN) yang mencatat kenaikan minat pasar, di mana incoming bids naik 46% menjadi Rp20,52 triliun.
Tingginya minat dalam lelang SBSN terdorong momentum bullish yang masih melingkupi pasar surat utang RI dalam beberapa hari terakhir.
(rui)