IBM & Oxford Sebut Belanja IT Peritel Naik 52% di 2026 Efek AI
Pramesti Regita Cindy
30 January 2025 15:30

Bloomberg Technoz, Jakarta - Studi terbaru dari IBM Institute for Business Value mengungkapkan perusahaan ritel dan produk konsumen semakin mengandalkan kecerdasan buatan (Artificial Intelegence/AI) dalam operasional mereka. Diperkirakan pada belanja atau pengeluaran untuk teknologi informasi (Information Technology/IT) akan meningkat 52% pada 2026.
Dalam laporan riset yang berjudul "Embedding AI in Your Brand's DNA" dikutip Kamis (30/1/2025) IBM disebutkan pada 2025, perusahaan ritel dan produk konsumen yang disurvei menyatakan rencana mereka untuk mengalokasikan rata-rata 3,32% dari pendapatan mereka untuk AI, atau setara dengan US$33,2 juta (setara Rp537 miliar) per tahun bagi perusahaan bernilai US$1 miliar (sekitar Rp16 triliun).
Menurut Roy Kosasih, Presiden Direktur IBM Indonesia, AI kini menjadi kebutuhan strategis bagi perusahaan, bukan sekadar alat untuk meningkatkan efisiensi. Oleh karena itu, bisnis ritel disarankan untuk meninjau kembali strategi AI mereka, memperkuat tata kelola, dan memastikan integrasi yang optimal antara manusia dan teknologi.
"Perusahaan ritel dan produk konsumen di seluruh dunia telah bereksperimen dengan AI dan melihat manfaat yang dibawa oleh embedded AI, tidak hanya untuk meningkatan produktivitas, tetapi juga untuk meningkatkan relevansi, engagement, dan kepercayaan merek," kata Roy dalam keterangannya.
Studi yang dilakukan IBM bersama Oxford Economics, melibatkan dengan 1.500 eksekutif ritel dan produk konsumen dari 15 negara pada Kuartal III-2024, juga menunjukkan para eksekutif tersebut memproyeksikan pengeluaran di luar operasi TI tradisional dapat meningkat hingga 52% pada 2025.
Laporan ini juga menemukan bahwa 96% dari tim mereka sudah menggunakan AI pada tingkat moderat atau signifikan. Para eksekutif menyatakan keinginan memperluas penggunaan AI dengan penerapan yang lebih kompleks, seperti perencanaan bisnis yang terintegrasi, dengan rencana meningkatkan penggunaan sebesar 82% pada 2025.
Adapun poin lainnya dalam survei ini adalah:
Transformasi Ketenagakerjaan:
- Diperkirakan 31% karyawan perlu mempelajari keterampilan baru dalam setahun ke depan untuk bekerja dengan AI, meningkat menjadi 45% dalam tiga tahun.
- Platform Ekosistem AI: Investasi dalam platform ekosistem AI diprediksi meningkat dari 52% menjadi 89% dalam tiga tahun ke depan.
- Kesenjangan Tata Kelola AI: Meski 87% eksekutif mengklaim memiliki framework tata kelola AI, kurang dari 25% telah menerapkannya sepenuhnya.