Kunjungan ini menandai Konferensi Tingkat Tinggi pertama di Seoul selama hampir 12 tahun. Maret lalu, Yoon mengungkapkan bahwa perusahaan di Korea Selatan akan berkontribusi untuk pendanaan kompensasi bagi pekerja pada masa pendudukan. Kontribusi itu agar perusahaan Jepang tidak memberikan dana.
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyambut baik langkah tersebut, dengan menyatakannya sebagai “terobosan”. Namun Yoon malah mendapat tentangan di dalam negeri, dengan jajak pendapat terbaru mengungkapkan mayoritas warga Korea Selatan tidak sepakat dengan kesepakatan tersebut.
Park menambahkan kesepakatan tersebut menandai “pencapaian kedua negara, AS memfasilitasi dan mendorongnya.”
Kesepakatan juga membahas rencana untuk menghubungan sistem radar Jepang, Korea Selatan, dan AS agar bisa lebih baik dalam mendeteksi misil Korea Utara. Korea Utara telah meluncurkan sejumlah roket baru yang lebih luwes dalam bermanuver dan didesain untuk menghantarkan hulu ledak nuklir ke Jepang dan Korea Selatan.
Friksi Tokyo-Seoul membuat AS pusing, karena AS sedang menggalang dukungan untuk mengamankan rantai pasok agar tidak lagi bergantung kepada China. Pemerintah Presiden Biden juga tengah mencari dukungan untuk menerapkan larangan penjualan teknologi tinggi ke China.
Kishida menyebut pertemuan dengan Yoon membantu “memperdalam hubungan kepercayaan”. Park menyatakan kesepakatan ini akan membantu kedua negara dalam mengatasi masalah ekonomi yang disebabkan oleh China.
“Jika kami bersama dengan AS dan Jepang, maka kami dalam posisi yang nyaman untuk berurusan dengan China. Pemerintah Korea Selatan tidak berseberangan dengan China. Misi kami adalah merangkul China dengan cara yang lebih baik,” tutur Park.
(bbn)