Meskipun belum banyak diketahui secara rinci, seperti cip yang digunakan DeepSeek dan apakah mereka memiliki cukup banyak perangkat semikondukter untuk mengembangkan model AI-nya lebih lanjut, keberhasilannya menyoroti beberapa keunggulan utama China.
Negara ini memiliki banyak insinyur (software developer) yang sangat terampil, pasar domestik luas, dan dukungan pemerintah dalam bentuk subsidi serta pendanaan untuk lembaga penelitian.
China juga memiliki kebutuhan mendesak untuk menemukan cara untuk melakukan lebih banyak hal dengan sumber daya yang lebih sedikit.
“China memiliki keunggulan yang jelas dalam hal talenta bidang IT, baik dari segi jumlah maupun biaya tenaga kerja,” ujar Liu Xu, seorang peneliti di National Strategy Institute of Tsinghua University, yang membantu memelopori dorongan AI di China.
“Sumber daya terbesar bagi China adalah permintaan negara yang sangat besar - sebagai salah satu negara terpadat di dunia dan sebagai pusat manufaktur raksasa.”
Dalam banyak hal, DeepSeek adalah contoh terbaik dari China.

Dari WeChat milik Tencent Holdings Ltd. hingga TikTok ByteDance Ltd., para developer China telah membuat aplikasi terkemuka di dunia untuk konsumen, merintis moda komunikasi dan perdagangan elektronik yang baru di sepanjang jalan.
Namun, China masih mengejar ketertinggalannya di bidang perangkat hardware— fokus utama kontrol ekspor Amerika dalam beberapa tahun terakhir.
AS telah melarang China membeli cip AI tercanggih dari Nvidia Corp. dan Advanced Micro Devices Inc. (AMD) juga telah memblokir pemerintahan Presiden Xi Jinping untuk mendapatkan mesin litografi ultraviolet ekstrim (extreme ultraviolet lithography/EUV) ASML Holding NV, yang sangat penting untuk memproduksi cip papan atas.
Ambisi Xi Jinping untuk Made in China 2025
Xi Jinping telah menggelontorkan miliaran dolar AS untuk membuat terobosan dalam semikonduktor canggih, bagian dari dorongan Made in China 2025 yang lebih luas untuk menjadikan negara ini sebagai pemimpin dalam teknologi baru.
Penelitian oleh Bloomberg Economics dan Bloomberg Intelligence menunjukkan bahwa upaya yang lebih luas ini sebagian besar telah berhasil, mendorong kehebatan manufaktur China ke tingkat yang bersejarah karena negara ini menjadi dominan dalam memproduksi barang-barang seperti kendaraan listrik, baterai, dan panel surya.
Meskipun perusahaan China seperti Huawei Technologies Co. telah membuat kemajuan dalam memproduksi cip AI, saat ini komponen tersebut kurang kuat dibandingkan dengan yang diproduksi oleh Nvidia.
Mereka terpukul dengan kurangnya akses ke cip kelas atas, terutama usai pemerintahan Presiden Joe Biden memperketat kontrol perdagangan, masih menjadi rintangan besar bagi perkembangan China.
Pada tahun 2023, Huawei memperkenalkan smartphone dengan chip 7-nanometer (7nm) — sesuatu yang menurut AS tidak mungkin dilakukan oleh perusahaan-perusahaan China dengan teknologi pembuatan cip yang kurang canggih.
Namun, meskipun ponsel itu dipuji sebagai terobosan—dan memicu meme patriotik di media sosial karena perilisannya bertepatan dengan kunjungan Menteri Perdagangan saat itu Gina Raimondo ke China—sejak saat itu perusahaan telah berjuang untuk membuat kemajuan menuju cip 5nm, sementara saingannya seperti Apple Inc. dan Samsung Electronics Co. telah beralih ke 3nm.
Masih belum pasti apakah DeepSeek, yang merilis model barunya tepat pada saat Donald Trump dilantik, akan dapat terus
mengakses cip kelas atas yang menghasilkan produknya saat ini. Liang Wenfeng, pendiri perusahaan yang berusia 40 tahun, telah mengutip kontrol ekspor AS sebagai penghalang bagi pertumbuhan perusahaan di masa depan.
Hari Senin, Presiden Trump mengatakan bahwa rilis R1 dari DeepSeek “seharusnya menjadi peringatan bagi industri kita bahwa kita harus fokus untuk bersaing agar bisa menang.”
Trump juga memuji model tersebut sebagai “perkembangan positif” yang dapat memungkinkan kemajuan AI yang lebih murah di seluruh bidang.
Walau kemajuan DeepSeek positif untuk transisi ekonomi China dari properti menuju pendorong pertumbuhan teknologi tinggi, hal ini juga dapat memacu anggota parlemen Amerika untuk melipatgandakan upaya untuk menghentikan negara tersebut mendapatkan teknologi paling canggih.
Kekhawatiran keamanan data yang sama yang membuat para legislator mengambil tindakan terhadap TikTok juga dapat menyebabkan tindakan serupa terhadap DeepSeek.
Michelle Giuda, kepala eksekutif di Krach Institute for Tech Diplomacy di Purdue, mengatakan kepada Bloomberg TV bahwa penting bagi AS untuk membuat“pertahanan yang sangat kuat” dengan kontrol ekspor yang lebih ketat.
Pada saat yang sama, Giuda menambahkan, Amerika perlu mengejar ketertinggalannya dari Cina dalam menghasilkan insinyur-insinyur berbakat jika ingin tetap berada di depan dalam perlombaan teknologi.
(bbn)