Logo Bloomberg Technoz

Di sisi lain, kata dia, Indonesia bisa membeli minyak dari sejumlah negara lain seperti Kazakhstan hingga India. Meskipun India mengimpor minyak dari Rusia, hal itu tidak menjadi persoalan.

“Tidak harus langsung dari Rusia saja. Jadi itu semua ada alternatifnya, dan jalur-jalur yang lebih pasti itu ada. Jadi pintar-pintar Pertamina harus bisa mendiversifikasi. Kalau ini terganggu, ada yang lain, dan tipe minyaknya itu harus mirip, jadi enggak boleh berbeda jauh,” imbuhnya.

Dia menyebut kilang di Indonesia sudah didesain sesuai spesifikasi crude untuk menerima minyak tertentu. Dengan demikian, tidak bisa sembarang minyak dimasukkan ke dalam kilang yang sama karena jenis minyak harus sama.

“Kalau suplainya yang berbeda, tetapi minyaknya harus mirip. Misalkan crude dari Nigeria sama crude dari Amerika, itu juga berbeda,” ucapnya. 

Pertamina menyatakan menerapkan strategi diversifikasi sumber minyak mentah pada saat kilang-kilang di Asia sengit berebut pasokan dari Timur Tengah, imbas sanksi tambahan AS terhadap Rusia. 

“KPI secara reguler menerapkan strategi diversifikasi sumber/origin minyak mentah dari beberapa alternatif untuk security of supply ke kilang,” kata Sekretaris Perusahaan PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Hermansyah Y Nasroen saat dimintai konfirmasi, Rabu (29/1/2025).

Dia menyebut diversifikasi sumber minyak mentah yang dimaksud yakni berasal dari sumber negara pemasok minyak ke Indonesia yang sudah berjalan hingga saat ini, di luar wilayah Timur Tengah. Namun, Hermansyah tidak mengelaborasi lebih lanjut dari mana saja Indonesia mengambil minyak mentah di luar Timteng.

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), total impor minyak mentah Indonesia pada 2024 mencapai US$10,35 miliar, turun 7,08% secara year on year (yoy).

Sementara itu, impor hasil minyak termasuk bahan bakar sepanjang tahun lalu mencapai US$25,92 miliar, melonjak 5% yoy. Negara asal impor minyak Indonesia bervariasi mulai dari Singapura, Arab Saudi, Nigeria, Australia, dan sebagainya.

Meski Indonesia belum terdampak signifikan, kepanikan kilang-kilang minyak India dan China dalam mencari substitusi minyak Rusia menyusul sanksi Biden telanjur mengerek ongkos kargo minyak mentah fisik di Asia beberapa waktu terakhir.

Hal itu terjadi bersamaan dengan kenaikan harga minyak mentah Oman dan Murban Abu Dhabi—jenis minyak Timur Tengah yang paling banyak dirujuk — selama sepekan terakhir, berbanding lurus dengan tingginya permintaan dari kedua negara pelanggan minyak Rusia itu.

Walhasil, perusahaan-perusahaan kilang di negara Asia lainnya ikut terimbas hingga mulai mempertimbangkan pemangkasan kapasitas produksi, menurut para trader.

Hal ini mengindikasikan bahwa dampak sanksi AS pada 10 Januari 2025 terhadap Rusia telah memengaruhi pasar energi regional.  Kondisi ini sekaligus mendorong kenaikan biaya bahan baku minyak mentah untuk industri kilang dan mengikis margin mereka, bahkan hingga menjadi negatif.

Margin perusahaan penyulingan minyak untuk pedagang telah turun dari antara US$2 dan US$3 per barel menjadi kerugian kecil. Sementara itu, margin kilang bruto di Singapura—patokan untuk Asia  — anjlok menjadi minus 65 sen pekan lalu dari tertinggi US$3,75 awal bulan ini, menurut data S&P Global Commodity Insights.

(mfd/wdh)

No more pages