Bloomberg Technoz, Jakarta - Dini hari nanti waktu Indonesia, atau Rabu siang waktu Washington, para investor di seluruh dunia bersiap mencari petunjuk prospek kebijakan bunga acuan ke depan, setelah sapaan "Good Evening" yang ikonik dari Gubernur Federal Reserve Jerome Powell.
Pertemuan Komite yang digelar sejak Selasa itu akan menghasilkan keputusan bunga acuan. Pasar sejauh ini telah bulat memperkirakan The Fed akan menahan suku bunga di level saat ini, 4,25%-4,50%. Ekspektasi itu sudah diperhitungkan dalam pembentukan harga aset-aset di pasar keuangan sejak beberapa waktu terakhir.
Namun, nanti malam para investor akan lebih fokus mencari petunjuk lanjutan setelah putusan nanti malam. Setelah pertemuan bulan ini, pada Februari tidak ada jadwal FOMC. The Fed baru kembali menggelar pertemuan pada 19 Maret nanti.
Sejauh ini, pelaku pasar global terlihat menaikkan taruhan bahwa pada FOMC bulan Maret nanti, The Fed akan memangkas bunga acuan. Hal itu terlihat dari pergerakan yield atau imbal hasil Treasury, surat utang AS, yang terus bergerak turun.
Mengacu data realtime Bloomberg pada Rabu siang, yield UST-2Y yang sensitif terhadap kebijakan bunga acuan, terpangkas 1,4 basis poin ke level 4,185%. Sedangkan tenor menengah 5Y turun 2,1 basis poin ke 4,317% dan tenor 10Y turun 1,4 basis poin ke 4,520%.
Arus beli yang sudah berlangsung sejak Senin setelah kejatuhan saham Nvidia yang menyeret indeks Wall Street itu, berlanjut sampai sekarang. Di pasar swap, pedagang masih memperhitungkan probabilitas penurunan bunga The Fed sebesar 32% pada Maret.
Mengacu pada hasil survei yang dilansir oleh JPMorgan Chase & Co., para klien bank investasi itu banyak yang memilih posisi beli bersih (net long) terhadap surat utang terbitan AS. Nilai posisi beli itu mencapai yang terbesar dalam 15 tahun terakhir.
'Pertaruhan' itu akan berbuah bila dalam konferensi pers dini hari nanti, Powell akan memberikan petunjuk yang melegakan bahwa opsi pemangkasan bunga acuan masih ada di atas meja, di tengah rezim pemerintahan baru di AS yang membawa berbagai rencana kebijakan potensial mengerek inflasi.
Dengan kata lain, reli harga obligasi AS akan berlanjut bila peluang pemangkasan bunga acuan The Fed pada Maret masih terbuka. Demikian juga sebaliknya. Yield Treasury bisa kembali melejit naik bila harapan penurunan bunga acuan memudar. Itu bisa menjadi kabar buruk bagi pasar global, tak terkecuali bagi emerging market seperti Indonesia. Esok Kamis, pasar modal RI akan kembali dibuka setelah libur nasional selama tiga hari.
Hasil survei 22V yang dikutip oleh Bloomberg, mencatat, sebanyak 67% responden memperkirakan reaksi pasar terhadap The Fed pada Rabu siang waktu Washington adalah variatif atau tidak signifikan. Sebanyak 21% responden memperkirakan reaksi pasar akan cenderung risk-off atau menghindari aset-aset berisiko, sementara 12% akan bereaksi risk-on atau memburu aset berisiko.
Data PCE
Setelah Powell akan mengumumkan hasil FOMC dini hari nanti, pada Jumat perhatian pasar akan tertuju pada rilis laporan Personal and Consumption Expenditure (PCE) Amerika, termasuk yang paling diantisipasi adalah inflasi inti PCE.
Bila angka inflasi PCE sesuai harapan atau lebih rendah, ada peluang lebih besar bagi pemangkasan bunga acuan The Fed pada pertemuan Maret.
Hasil konsensus yang dihimpun oleh Bloomberg, memperkirakan, inflasi inti PCE Amerika pada Desember adalah naik 0,2% month-on-month, lebih besar ketimbang bulan November yang hanya naik 0,1%.
Secara tahunan, inflasi inti PCE diperkirakan stabil di angka 2,8%. Sedangkan inflasi headline PCE, secara bulanan diprediksi sebesar 0,3%, dibanding 0,1% bulan sebelumnya. Dalam hitungan tahunan, inflasi headline PCE bulan lalu diperkirakan naik jadi 2,5% dari 2,4% pada November.
Harapan akan adanya penurunan bunga acuan tahun ini menguar lagi setelah pupus cukup dalam pada Desember lalu ketika dot plot The Fed turun tajam dari pemangkasan tiga hingga empat kali, menjadi hanya dua kali bahkan terancam cuma satu kali.
Namun, melihat 'akrobat' Donald Trump, Presiden AS yang baru dilantik pada 20 Januari lalu, yang tak serta merta menggeber kebijakan tarif pada China, sebagai yang paling diantisipasi oleh pasar, membuat optimisme di pasar sempat membuncah.
Walau setelahnya pernyataan Trump silih berganti on/off soal tarif pada negara-negara yang menjadi mitra dagangnya, terakhir adalah pada Kolombia, terlihat bahwa pasar semakin berhati-hati merespon dengan kecenderungan lebih tenang. Indeks dolar AS masih bertahan di 107,82 sampai siang ini
(rui)