Malpass menambahkan bahwa Jepang, ketua G-7 tahun ini, telah bekerja sama dengan Bank Dunia untuk merestrukturisasi utang negara-negara berkembang, temuan itu akan menjadi bagian dari laporan transparansi dan rekonsiliasi utang yang akan dirilis Bank Dunia akhir pekan ini.
“Jepang aktif membantu rekonsiliasi, membantu prosesnya. Terbukti hal itu bisa dilakukan. Jadi kami berharap untuk melakukannya dengan lebih banyak lagi, dengan G-7 dan kemudian juga dengan G-20.” kata Malpass, yang akan mundur akhir bulan ini.
Malpass mengakui sulitnya mencapai konsensus tentang isu-isu global yang menantang di antara negara-negara G-20, termasuk Rusia dan China. Kelompok itu telah berjuang untuk menyepakati kata-kata tentang perang di Ukraina. Malpass mengkritik pendekatan China terhadap masalah utang.
Awal pekan ini, Jepang, Prancis, dan negara lain mengadakan pertemuan pertama tentang restrukturisasi utang Sri Lanka. China, pemberi pinjaman berdaulat terbesar untuk negara-negara miskin.
“Alangkah baiknya jika mereka menjadi peserta penuh dalam komite kreditur karena mereka adalah kreditur yang besar,” ujarnya.
Sementara itu, masa kesulitan keuangan kemungkinan akan berlanjut di negara-negara berkembang karena inflasi global dan bank sentral belum menstabilkan suku bunga mereka.
“Saya pikir masih banyak yang harus dilakukan beberapa bank sentral utama dalam hal menormalkan suku bunga mereka, dari sudut pandang negara berkembang, kami perkirakan akan terus ada tekanan keuangan yang besar dari tingkat suku bunga saat ini, juga dari pengurangan aliran modal ke negara berkembang” katanya.
(bbn)