Sebab, hingga saat ini, 75% pabrik aluminium di dunia masih menggunakan batu bara sebagai pembangkit listrik. Hanya 25% diantaranya yang menggunakan tenaga air, itu pun terbatas di Rusia, Kanada dan Brazil.
"Mayoritas pabrik aluminium itu listriknya menggunakan (pembangkit) batu bara. Kami suatu hari memang mau membuat yang namanya green aluminium, tapi butuh waktu untuk sampai ke sana, sampai tenaga hidro jadi," tuturnya.
"Tapi, masa kita harus tunggu sebegitu lama, impor terus. Tentu tidak, kami bangun dulu," tandas Christian.
Impor RI
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang tercatat dalam publikasi Statistik Indonesia 2023, selama periode 2018-2022, volume impor aluminium Indonesia berada di angka 600.000-800.000 ton per tahun.
Lalu pada 2022, BPS mencatat jumlah impor aluminium sebanyak 724 ribu ton dengan nilai US$2,41 miliar. Volumenya meningkat 2.000 ton dibanding tahun sebelumnya. Data BPS juga mencatat China sebagai negara pemasok aluminium terbesar bagi Indonesia, totalnya 268.000 ton atau senilai US$981 juta.
Christian menilai, Indonesia selama ini hanya menjadi konsumen. Padahal, potensi untuk memproduksi dan mengembangkan bahan sendiri besar.
"Kalau harga aluminium US$2.500/ton, maka setahun Indonesia bisa keluar US$2,5 miliar untuk impor," kata dia.
Berangkat dari hal ini, ADMR menggeber proyek 'logam strategisnya'. Perusahaan tengah mengerjakan hilirisasi mineral melalui proyek pembangunan smelter aluminium di Kalimantan Utara (Kaltara).
Melalui proyek tersebut, Direktur Utama (Dirut) ADMR, Christian Ariano Rachmat, mengatakan bahwa diharapkan dapat memproduksi aluminium batangan atau ingot sekitar 500.000 ton per tahun yang kemudian dapat ditingkatkan hingga 1,5 juta ton per tahun.
"Kalau terus menerus umpor, ibarat punya uang di rumah, tapi uangnya ke luar negeri semua. Habislah kita jadi konsumen," jelas Christian.
Kondisi tersebut tidak bisa terus-menerus terjadi karena akan menggerus devisa nasional. Maka dari itu, apabila tahap pertama pembangunan smelter ADMR rampung, diharapkan impor aluminium akan terpangkas setengah dari jumlah awal.
(ibn/dhf)