"Jadi diskusinya kan project bisa dieksekusi, pendanaan ada, teknologi ada, demand-nya ada, kira-kira begitu termasuk prosesnya juga, nanti prosesnya itu juga cukup," ujar dia.
Dadan berharap agar program JETP tidak sekadar program untuk pensiun dini pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Program ini diharapkan bisa berkaitan dan mendukung rencana transisi energi di Tanah Air secara menyeluruh.
Menurut dia, dana akan langsung disalurkan ke perusahaan yang menjalankan program JETP atau dikelola oleh pemerintah melalui lewat PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) atau SMI. Dalam rencana investasi komprehensif, nantinya akan dibeberkan bagaimana alokasi dana hibah dan pinjaman yang akan diberikan selama periode 3-5 tahun lewat progam tersebut.
"Idealnya disebutkan dalam rencana investasi komprehensif itu Jepang mendanai apa, AS mendanai apa, dan lain-lainnya. Jadi diumumkan begitu," kata dia.
Khusus untuk pinjaman, Dadan mengungkapkan separuh pinjaman JETP yang berjumlah US$10 miliar akan berasal dari pinjaman komersial yang dipimpin oleh Glasgow Financial Alliance for Net Zero (GFANZ). Sebagai catatan, aliansi perbankan swasta di bawah GFANZ itu terdiri atas Bank of America, Citi, Deutsche Bank, HSBC, Macquarie, MUFG, dan Standard Chartered.
“Separuhnya komersial per sekarang ya, karena ini datangnya dari aliansi perbankan yang US$10 miliar,” ungkap dia.
Namun, Dadan belum dapat memberikan informasi lebih lanjut mengenai besaran bunga dari pinjaman komersial tersebut. Menurut dia, besaran bunga pinjaman komersial itu masih dibahas antara pemerintah Indonesia dan JETP.
“Nanti akan kita kombinasikan ada dana-dana misalnya garansi, dengan adanya penjaminan risiko akan turun jadi bunga juga bisa lebih baik nanti di-blending kita arahnya,” kata dia.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengaku jengkel lantaran pendanaan untuk program JETP belum jelas. Dia bahkan menyebut komitmen pendanaan ini sebagai omomg kosong belaka.
“Waktu saya ke Washington bulan lalu, kita paparin mereka bilang ya, terus saya bilang where is the money? A-o a-o ngomong doang,” kata Luhut di The Westin Hotel, Jakarta, Selasa (9/5/2023).
Pada kesempatan yang sama, dia juga menegaskan bahwa Indonesia tidak akan begitu saja menerima pinjaman untuk program JETP apabila dinilai tidak menguntungkan.
“Kalau kamu kasih harga loan-nya dengan harga commercial loan lupakan. Kami bisa lakukan sendiri, kenapa kalian ngatur-ngatur, kalau kalian nggak bisa kasih interest-nya dengan AAA country forget it, karena kalian akan menganggu perekonomian kami," kata dia.
(rez/frg)